Inflasi Makin Tinggi, Kurs Dolar Singapura Makin Mahal

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Selasa, 26/10/2021 12:10 WIB
Foto: Dollar Singapur (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tren kenaikan dolar Singapura melawan rupiah masih terus berlanjut. Kali ini data yang menunjukkan inflasi di Singapura terus menanjak membuat Mata Uang Negeri Merlion ikut terkerek.

Pada perdagangan Selasa (26/10) pukul 10:39 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.518,11, dolar Singapura naik 0,11% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Jika mampu dipertahankan hingga penutupan perdagangan nanti, maka dolar Singapura akan membukukan penguatan dalam 6 dari 7 perdagangan terakhir.

Inflasi yang tinggi di Singapura membuat otoritas moneternya (Monetary Authority of Singapore/MAS) mengetatkan kebijakannya dua pekan lalu. Kemarin MAS dan Kementerian Industri dan Perdagangan melaporkan inflasi di bulan September tumbuh 2,5% year-on-year (YoY) lebih tinggi dari bulan sebelumnya 2,4% YoY.


Kenaikan inflasi tersebut dipicu biaya listrik dan gas yang melesat 9,9%, kemudian harga makanan tumbuh 1,6%. Biaya akomodasi dan transportasi pribadi masing-masing naik 1,9% dan 10,8%.

Sementara inflasi inti, yang tidak memasukkan sektor akomodasi dan biaya transportasi tumbuh 1,2% YoY, juga lebih tinggi dari bulan Agustus 1,1% YoY.

Inflasi inti menjadi acuan bagi MAS dalam menetapkan kebijakan moneternya. Pada 14 Oktober lalu, MAS secara mengejutkan menaikkan kemiringan (slope) S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate) dari sebelumnya di dekat 0%. Sementara lebar (width) masih tetap.

Slope berfungsi membuat penguatan/penurunan dolar Singapura lebih cepat/lambat. Ketika slope dinaikkan, maka dolar Singapura bisa menguat lebih cepat, begitu juga sebaliknya.

Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan, kebijakannya menggunakan S$NEER. 

Kebijakan moneter, apakah itu longgar atau ketat, dilakukan dengan cara menetapkan kisaran nilai dan nilai tengah dolar Singapura terhadap mata uang negara mitra dagang utama. Kisaran maupun nilai tengah itu tidak diumbar kepada publik.

"Apresiasi slope S$NEER akan menjaga stabilitas harga dalam jangka menengah," kata MAS sebagaimana dilansir Straits Times, Kamis (14/10).

Pengetatan kebijakan moneter MAS lebih cepat dari prediksi ekonom. Hasil polling yang dilakukan Bloomberg di awal bulan ini menunjukkan para ekonom memprediksi MAS baru akan mengetatkan kebijakannya di tahun depan.

Artinya, jika inflasi masih terus menanjak, bukan tidak mungkin MAS akan kembali mengetatkan kebijakannya yang membuat dolar Singapura makin mahal.

TIM RISET CNBC INDONSESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Jelang Pidato Kenegaraan Prabowo, IHSG & Rupiah Kompak Menguat