Laba Bukit Asam Meroket 176% di Q3, Ini 3 Rahasianya!

Monica Wareza, CNBC Indonesia
25 October 2021 18:26
1. Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arviyan Arifin mengunjungi PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 yang dibangun oleh PT Huadian Bukit Asam Power, perusahaan konsorsium antara PTBA dan China Huadian Hongkong Company Ltd
2. PLTU Sumsel 8 adalah PLTU mulut tambang terbesar di Indonesia dengan kapasitas mencapai 2x620 MW
3. Pembangkit ini masuk dalam proyek 35.000 MW dan merupakan IPP (Independent Power Producer) yang terefisian dan termurah 
4. Progres pembangunan PLTU Sumsel 8 kini telah mencapai 55% dan ditargetkan beroperasi komersial di Kuartal Pertama 2022
5. Nilai investasi proyek ini mencapai US$ 1,68 miliat dan membutuhkan pasokan batu bara sebanyak 5,4 juta ton.(Dok.PT Bukit Asam Tbk (PTBA))
Foto: PLTU Sumsel 8 (Dok.PT Bukit Asam Tbk (PTBA))

Jakarta, CNBC Indonesia - Produsen batu bara pelat merah, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengungkapkan kenaikan kinerja perusahaan yang signifikan di tahun ini disebabkan karena tiga hal, yakni kenaikan harga batu bara dunia disusul dengan naiknya produksi perusahaan, dan efisiensi yang dilakukan perusahaan.

Direktur Utama Bukit Asam Suryo Eko Hadianto mengatakan kenaikan kinerja ini seiring dengan pemulihan ekonomi global maupun nasional yang mendorong naiknya permintaan atas batu bara.

Kinerja ini ppun disertai dengan kenaikan harga batu bara yang signifikan hingga menyentuh level US$ 203 per ton pada 30 September 2021.

"Enggak bisa dipungkiri, kenaikan laba karena kenaikan harga harga batu bara acuan. Tapi diluar itu, program efisiensi yang dilakukan PTBA untuk mengendalikan biaya. Lalu peningkatan volume dan penjualan," kata Suryo dalam konferensi pers kinerja kuartal ketiga, Senin (25/10/2021).

Lebih lanjut, dalam kesempatan itu, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Bukit Asam Farida Thamrin mengatakan produksi perusahaan hingga kuartal ketiga ini juga mengalami kenaikan hingga 18% secara tahunan.

Lalu, kinerja juga didorong oleh kenaikan harga batu bara yang signifikan, setidaknya terjadi kenaikan harga 34% dibanding dengan tahun lalu.

"Kenaikan [produksi] signifikan ini juga terjadi di kuartal III, kuartal I baru 699 ribu. kuartal II 855 ribu dan saat ini satu juta. Selain usaha penjualan dan harga, kami juga melakukan efisiensi. Terefleksi cash cost kita dibandingkan tahun lalu naik 6% saja. Kita jaga cost lebih efisien dan produksi dan harga sangat mendukung," terang Farida.

Direktur Pengembangan Bisnis Bukit Asam Fuad Iskandar Zulkarnain menjelaskan, kenaikan harga ini juga mendorong perusahaan untuk membuka pasar ekspor baru yang baru dilakukan di Oktober 2021 ini, yakni ke pasar Bangladesh. Sedangkan pasar ekspor eksisting ke Filipina, China, dan Vietnam, dan India.

"[Harga] Di minggu ketiga Oktober itu capai US$ 253,55 per ton, jauh sekali di atas harga batu bara paling pick di 2008, US$ 194,79 dolar per ton. Minggu terakhir Oktober masih di uS$ 221,79," terang dia.

Perusahaan membukukan laba bersih sebesar Rp 4,77 triliun di 9 bulan tahun ini atau per September 2021, melesat 176% dari periode yang sama tahun lalu Rp 1,73 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan PTBA per kuartal III-2021, laba ini membuat laba per saham perusahaan naik menjadi Rp 426 dari sebelumnya Rp 155/saham.

Laba yang naik seiring dengan pendapatan yang naik 51% menjadi Rp 19,38 triliun dari sebelumnya Rp 12,85 triliun.

Dari perdagangan pasar modal, Senin ini (25/10), saham PTBA ditutup naik 2,62% di Rp 2.740/saham, dengan nilai transaksi Rp 176 miliar. Dalam sebulan terakhir saham anak usaha MIND ID ini naik 12% dengan kapitalisasi pasar Rp 32 triliun.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara Tinggi, PTBA Buka-bukaan Prospek Akhir 2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular