
Powell: Tapering 'Yes', Suku Bunga 'No', Pasar Jadi Ceria?

Meski pasar finansial global secara umum masih ceria, tetapi rupiah dan IHSG melemah pada perdagangan hari ini. Aksi profit taking sepertinya masih melanda rupiah dan IHSG.
Melansir data Refinitiv, rupiah melemah 0,25% ke Rp 14.155/US$, dan sepanjang perdagangan tertahan di zona merah. Sementara IHSG sempat lama di zona hijau, tetapi di penutupan justru melemah 0,27% ke 6.625,697.
IHSG pada hari ini sempat mendekati lagi rekor tertinggi sepanjang masa, sebelum akhirnya masuk ke zona merah.
Harga batu bara yang jeblok cukup membebani sentimen di dalam negeri. Sebelumnya batu bara mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 270/ton pada 5 Oktober lalu.
Namun, sepanjang pekan lalu harga baru bara acuan Ice Newcastle Australia untuk kontrak bulan November ambrol nyaris 21% di pekan ini ke US$ 191/ton. Jika dilihat dari rekor tersebut, batu bara sudah jeblok nyaris 30%.
Batu bara merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia, kenaikan harganya yang sempat mencapai 230% di tahun ini membuat neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus.
Badan Pusat Statistik (BPS) Jumat (15/10 melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mencatatkan surplus senilai US$ 4,37 miliar. Ini adalah surplus perdagangan selama 17 bulan beruntun.
Berkat neraca perdagangan yang terus surplus, Bank Indonesia (BI) memprediksi transaksi berjalan (current account) juga diprediksi positif di kuartal III-2021.
Untuk sepanjang 2021, transaksi berjalan diperkirakan masih akan defisit tetapi lebih baik dari proyeksi sebelumnya.
"Ke depan, defisit transaksi berjalan akan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya menjadi kisaran 0-0,8% dari PDB pada 2021. Defisit transaksi berjalan tetap akan rendah pada 2022 sehingga mendukung ketahanan eksternal Indonesia," ungkap Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia (BI), usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Oktober 2021, Selasa (19/10/2021).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]