Baru Bara Jeblok, Dolar Australia & Rupiah Ikut Terpukul?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 October 2021 14:52
Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Australia dan rupiah belakangan ini sama-sama diuntungkan oleh kenaikan tajam harga komoditas, khususnya batu bara. Tetapi, sepekan terakhir harga batu bara ambruk, rupiah yang menjadi lebih dirugikan. Hal tersebut terlihat dari penguatan dolar Australia melawan rupiah pada perdagangan Senin (25/10).

Pada pukul 13:21 WIB AU$ 1 setara Rp 10.598,76, dolar Australia menguat 0,57% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Di waktu yang sama dolar Australia menguat 0,28% melawan dolar Amerika Serikat (AS), sementara rupiah melemah 0,42% di Rp 14.180/US$

Sebelumnya batu bara mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 270/ton pada 5 Oktober lalu.

Namun, sepanjang pekan lalu harga baru bara acuan Ice Newcastle Australia untuk kontrak bulan November ambrol nyaris 21% di pekan ini ke US$ 191/ton. Jika dilihat dari rekor tersebut, batu bara sudah jeblok nyaris 30%.

Batu bara merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia, kenaikan harganya yang sempat mencapai 230% di tahun ini membuat neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus.

Hasil survei dari Reuters yang dirilis pada pekan lalu menunjukkan pelaku pasar sangat bullish terhadap rupiah, sebab harga komoditas yang sedang melonjak, dan prospek perekonomian yang membaik.

Sehingga ketika harga batu bara jeblok, ada kemungkinan sentimen terhadap rupiah juga menurun.

Kenaikan batu bara juga membuat neraca perdagangan Australia mencatat surplus tertinggi sepanjang sejarah.

Di bulan Agustus, surplus tercatat sebesar AU$ 15,1 miliar, jauh lebih tinggi dari ekspektasi pelaku pasar AU$ 10 miliar.

"Kenaikan tajam ekspor batu bara dan LNG mampu mengimbangi penurunan tajam ekspor bijih besi," kata Hayden Dimes, ekonom di ANZ, sebagaimana dilansir poundsterlinglive, Senin (18/10).

Bijih besi berkontribusi 21% terhadap total ekspor, sementara batu bara dan LNG masing-masing sebesar 11,5% dan 10%.

Tingginya harga komoditas bahkan membuat fair value dolar Australia melawan dolar Amerika Serikat (AS) melesat ke level tertinggi 7 tahun, berdasarkan model dari bank Westpac.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular