
BI Tebar Optimisme, Rupiah di Jisdor & Spot Perkasa

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah perkasa melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (19/10), baik di kurs tengah Bank Indonesia (BI) dan di pasar spot. BI hari ini mengumumkan kebijakan moneter, dan memberikan optimisme ke pasar finansial.
Berdasarkan data dari BI, kurs tengah atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini berada di Rp 14.080/US$, menguat 0,11% dibandingkan posisi kemarin. Sementara itu di pasar spot, rupiah membukukan penguatan 0,23% ke Rp 14.073/US$, dan sepanjang perdagangan tidak pernah mencicipi zona merah.
Meski demikian, jika dibandingkan dengan mata uang Asia lainnya, penguatan rupiah terbilang masih di bawah. Nyaris semua mata uang utama Asia menguat melawan dolar AS pada hari ini.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang Asia hingga pukul 15:28 WIB.
![]() |
BI hari ini mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Oktober 2021. Hasilnya sesuai ekspektasi pasar, suku bunga acuan masih ditahan.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 18-19 Oktober 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDG, Selasa (19/10/2021).
Selain itu, transaksi berjalan di kuartal III-2021 diperkirakan surplus. Transaksi berjalan menjadi salah satu faktor yang mendukung penguatan rupiah karena mencerminkan pasokan devisa yang bisa bertahan lama di dalam negeri.
"Transaksi berjalan triwulan III-2021 diperkirakan surplus didorong oleh surplus neraca perdagangan yang meningkat menjadi US$ 13,2 miliar, tertinggi sejak triwulan IV-2009.
Kinerja tersebut didukung ekspor komoditas utama seperti CPO, kimia organik, dan biji logam dan bahan baku seiring perbaikan ekonomi domestik," ungkap Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia (BI), usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Oktober 2021, Selasa (19/10/2021).
Meski demikian, untuk sepanjang 2021, transaksi berjalan diperkirakan masih akan defisit tetapi lebih baik dari proyeksi sebelumnya.
"Ke depan, defisit transaksi berjalan akan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya menjadi kisaran 0-0,8% dari PDB pada 2021. Defisit transaksi berjalan tetap akan rendah pada 2022 sehingga mendukung ketahanan eksternal Indonesia," terang Perry.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Ngeri! 3 Hari Melesat 3% ke Level Terkuat 3 Bulan
