
Ekonomi China Melambat, Kurs Dolar Australia Ikut Turun

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian China menunjukkan pelambatan yang signifikan di kuartal III-2021, alhasil kurs dolar Australia ikut melemah melawan rupiah. China merupakan mitra dagang utama Australia, ketika perekonomiannya melambat maka Negeri Kanguru juga ikut kena dampaknya.
Pada perdagangan Senin (18/10), kurs dolar Australia turun 0,53% ke Rp 10.388,82/AU$ di pasar spot, melansir data Refintiv.
Biro Statistik Nasional China pagi ini melaporkan pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari produk domestik bruto (PDB) tumbuh 4,9% melambat signifikan dari kuartal II-2021 sebesar 7,9%, dan di bawah prediksi analis yang disurvei Reuters sebesar 5,2%.
"Memasuki kuartal III-2021, risiko dan tantangan dari dalam serta luar negeri telah meningkat," kata Fu Linghui, juru bicara Biro Statistik Nasional, sebagaimana dilansir CNBC International.
Baca:Rupiah Juara Satu! |
Fu mengatakan krisis listrik yang terjadi di China beberapa pekan terakhir berperan terhadap tingkat produksi, tetapi masih terkontrol. Banyak pabrik terpaksa menghentikan produksinya di bulan September akibat krisis listrik.
Pelambatan ekonomi China membuat ekspektasi perekonomian Australia akan mengalami kontraksi lagi semakin menguat.
Gubernur bank sentral Australia (RBA) Philip Lowe, pertengahan September lalu mengatakan lockdown yang dilakukan akibat penyebaran virus corona (Covid-19) akan menyebabkan kontraksi yang dalam ke perekonomian di kuartal III-2021. Tetapi, Lowe optimistis perekonomian akan cepat pulih dalam beberapa bulan ke depan ketika pembatasan sosial dilonggarkan.
Tetapi kabar baiknya, yang juga membuat dolar Australia menguat 2 pekan terakhir yakni ducabutnya lockdown di kota terbesar di Australia Sydney, setelah mengalami lockdown hampir selama 4 bulan.
Kafe, tempat olah raga, hingga restoran sudah dibuka kembali, dan menerima pelanggan dengan syarat sudah vaksinasi penuh. Pemerintah Australia kini bertujuan untuk hidup bersama virus corona.
"Saya melihat ini adalah hari kebebasan, ini adalah hari kebebasan," kata perdana menteri Negara Bagian New South Wales, Dominic Perrottet kepada wartawan di ibu kotanya, Sydney, sebagaimana dilansir Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?
