Emiten Transportasi Hary Tanoe Banting Setir ke Pertambangan

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
18 October 2021 09:18
Hary Tanoesoedibjo (detikFinance/Reno Hastukrisnapati Widarto)
Foto: Hary Tanoesoedibjo (detikFinance/Reno Hastukrisnapati Widarto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten maskapai penerbangan, PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk (IATA) mengubah bisnis utamanya dari transportasi ke bisnis pertambangan batu bara.

Perseroan baru-baru ini telah menandatangani nota kesepahaman untuk mengakuisisi PT MNC Energi dari PT MNC Investama Tbk (BHIT) sebagai pemegang saham mayoritas.

"Setelah transaksi, IATA akan menjadi entitas induk untuk seluruh perusahaan batu bara MNC Group," ungkap Head of Investor Relations MNC Group, Natassha Yunita, dalam keterangan resmi, dikutip Senin (18/10/2021).

Rencana transaksi tersebut, kata Natassha, merupakan langkah strategis bagi IATA untuk memanfaatkan momentum yang timbul dari lonjakan harga komoditas batubara yang berkelanjutan.

"IATA meyakini akuisisi ini tidak hanya akan mendongkrak prospek bisnis, tetapi juga secara signifikan menguatkan nilai perusahaan karena IATA mengubah kepentingan bisnisnya dari sektor transportasi dan infrastruktur ke sektor energi," ungkapnya.


Saat ini, IATA sedang dalam proses mengambilalih PT Bhak Coal Resources, perusahaan ekplorasi dan produsen tambang batu bara di Sumatera Selatan yang juga merupakan perusahaan induk dari perusahaan-perusahaan pemilik Izin Usaha Pertambangan, seperti: PT Putra Muba Coal, PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal, PT Indonesia Batu Prima Energi, PT Arthaco Prima Energi, PT Sumatra Resources, PT Energi Inti Bara Pratama, PT Sriwijaya Energi Persada, PT Titan Prawira Sriwijaya, PT Primaraya Energi, dan PT Putra Mandiri Coal, yang secara keseluruhan memiliki estimasi sumber daya sebesar 1,75 miliar metrik ton (MT) dan estimasi cadangan sebesar 750 juta MT.

Selanjutnya, PT Nuansacipta Coal Investment, perusahaan ekplorasi dan produsen tambang batu bara di Kalimantan Timur dan PT Suma Sarana, perusahaan ekplorasi minyak di wilayah Provinsi Papua. Akuisisi ini akan terjadi setelah hasil uji tuntas dan valuasi terhadap PT MNC Energi selesai dijalankan.

"Dengan asumsi semua proses due diligence berjalan lancar, IATA akan segera meminta restu OJK, dengan target penyelesaian transaksi pada akhir Q1 2022," kata Natassha menambahkan.

Adapun, pertimbangan perubahan bisnis ini lantaran, dalam beberapa bulan belakangan ini, harga batu bara Newcastle melonjak hingga menyentuh angka $269,5 per ton pada bulan ini, harga ter nggi sepanjang masa. Harga saat ini berada di level $245 per ton. Kenaikan ini turut mendorong harga batu bara di Indonesia.

Selanjutnya, kenaikan permintaan listrik di China, larangan informal Beijing atas impor batu bara dari Australia, lonjakan permintaan listrik di India, gangguan pasokan di negara-negara penghasil batubara seper Australia, Afrika Selatan dan Columbia, dan kenaikan harga gas alam telah memicu kenaikan substansial.

Perseroan memperkirakan, harga batu bara diperkirakan akan tetap tinggi karena pasokan yang terus menyusut. Permintaan di China dan bagian lain dunia terus meningkat, bahkan akan meningkat lebih nggi karena musim dingin yang akan datang sebentar lagi, pembukaan kembali ekonomi pasca pandemi dan banjir di provinsi Shanxi, pusat penambangan batu bara terbesar di China.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bank Milik Hary Tanoe Rombak Direksi, Siapa yang Baru?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular