Pasar Tunggu Data Inflasi, Rupiah Diam di Tempat
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah berakhir stagnan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (13/10). Rentang pergerakan juga tidak lebar, menjadi indikasi pelaku pasar menanti rilis data inflasi AS malam ini.
Melansir data dari Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,07% ke Rp 14.205/US$, sekaligus menjadi yang terkuat pada hari ini. Setelahnya rupiah berbalik melemah 0,04% ke Rp 14.220/US$, dan tertahan di level tersebut nyaris sepanjang hari, sebelum mengakhiri perdagangan di Rp 14.215/US$. Rupiah stagnan dibandingkan penutupan perdagangan Selasa kemarin.
Pelaku pasar saat ini menanti rilis data inflasi AS yang akan dirilis nanti malam. Inflasi merupakan salah satu acuan bank sentral AS (The Fed) dalam memutuskan kapan waktu tapering serta menaikkan suku bunga.
Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memperingatkan bank sentral di dunia seperti The Fed agar bersiap untuk menaikkan suku bunga seandaianya inflasi lepas kendali.
Dalam laporan World Economic Outlook (WEO) terbaru edisi Oktober 2021, lembaga yang berkantor pusat di Washington DC itu menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia, tidak terkecuali Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi dunia 2021 kini diperkirakan 5,9%. Turun 0,1 poin persentase dibandingkan WEO edisi Julli 2021.
"Momentum pemulihan ekonomi dunia masih berlanjut, tetapi melambat. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih menjadi risiko utama," sebut WEO Oktober 2021.
Sementara itu untuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, IMF kini memperkirakan pertumbuhan 3,2% tahun ini. Turun 0,7 poin persentase dibandingkan WEO Juli 2021. Untuk 2022, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak berubah di 5,9%.
"Di luar China dan India, perkiraan pertumbuhan ekonomi diturunkan karena pandemi yang mengganas," sebut WEO Oktober 2021.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> The Fed Didorong Agresif Melakukan Tapering
(pap/pap)