Sempat Tembus 6.500, IHSG Akhiri Sesi 1 di Zona Merah

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
11 October 2021 11:44
Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada penutupan perdagangan sesi pertama Senin (11/10/2021), menyambut kebijakan kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN).

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG berakhir di level 6.462,313 atau surut 19,5 poin (-0,3%) pada penutupan siang. Dibuka naik 0,02% ke 6.482,958, indeks acuan utama bursa ini sempat melewati level psikologis 6.500 dengan menyentuh level tertingginya pada 6.506,092 tepat pukul 09:00 WIB.

Namun, selepas itu IHSG berbalik turun dan sempat berfluktuasi hingga menyentuh level terendah hariannya pada 6.457,906 beberapa menit jelang penutupan sesi pertama. Mayoritas saham terkoreksi, yakni sebanyak 257 unit, sedangkan 225 lain menguat, dan 165 sisanya flat.

Nilai perdagangan masih tinggi, sebesar Rp 8 triliun yang melibatkan 14 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 874.000-an kali. Investor asing masih mencetak pembelian bersih (net buy), kali ini senilai Rp 182,8 miliar.

Saham yang mereka borong terutama adalah saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan nilai pembelian bersih masing-masing sebesar Rp 127,5 miliar dan Rp 46,9 miliar. Saham BBRI menguat 0,2% ke Rp 4.170 tetapi BMRI flat di level Rp 6.900/unit.

Sebaliknya, aksi jual asing menimpa saham PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 67 miliar dan Rp 31,7 miliar. Kedua saham tersebut terkoreksi masing-masing sebesar 6,7% dan 2,2% menjadi Rp 700 dan Rp 7.900/saham.

Dari sisi nilai transaksi, BBRI masih memimpin dengan nilai Rp 357,5 miliar, diikuti PT Adaro Energy Tbk (ADRO) senilai Rp 356,6 miliar dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) senilai Rp 356,2 miliar.

Koreksi terjadi di tengah antisipasi pemodal terhadap data penjualan ritel Agustus yang akan dirilis Bank Indonesia (BI). Sebelumnya pada Juli, penjualan ritel nasional tercatat turun 2,9%. Jika penurunan berlanjut, maka risk selera mengambil risiko (appetite investor) berpeluang terganggu.

Terlebih, pemerintah telah memutuskan menaikkan PPN menjadi 11% pada tahun depan, yang diperkirakan akan memukul emiten sektor konsumer dan ritel karena kebijakan tersebut akan menekan daya beli masyarakat menengah ke bawah atas produk sekunder.

Salah satu saham yang telah terpukul hari ini adalah MPPA. Kabar mengenai merger antara MPPA dengan layanan Gojek, yakni GoMart, tidak banyak membantu mengangkat nilai saham perseroan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Bank Diburu, IHSG Awet Menghijau Hingga Closing Sesi 1

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular