Sederet 'Harta Karun' RI, Buat Kaya & Gak Perlu Ngutang Lagi

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
Minggu, 10/10/2021 11:20 WIB
Foto: Dok Antam

Jakarta, CNBC Indonesia - RI dianugerahi sumber daya alam yang melimpah mulai dari sektor pertambangan sampai dengan sektor pertanian. Berbagai 'harta karun' yang dimiliki Indonesia nilainya bahkan mencapai ribuan triliun rupiah.

Berbagai komoditas yang dimiliki Indonesia ini menjadi andalan ekspor. Di sektor petambangan bahkan ada 'harta karun' bernama Logam Tanah Jarang (LTJ) yang belum digarap.



Pemerintah terus mendorong hilirisasi komoditas tambang demi meningkatkan nilai tambah, sehingga 'harta karun' RI terolah dengan maksimal. Titah hilirisasi komoditas tambang bahkan disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Berikut ini daftar 'harta karun' potensial yang bisa membuat RI kaya-raya:



1. Batu Bara

Data BP Statistical Review 2021 menyebut RI merupakan pemilik cadangan batu bara terbesar ketujuh di dunia mencapai 34,87 miliar ton, status hingga akhir 2020.

Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), status per Juli 2020, jumlah sumber daya batu bara RI mencapai 148,7 miliar ton dan cadangan 39,56 miliar ton.

Produksi batu bara tahun ini ditargetkan 625 juta ton, sekitar seperempat dari produksi digunakan di dalam negeri, mayoritas untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), dan selebihnya diekspor.

Pemerintah kini mendorong hilirisasi batu bara, antara lain berupa gasifikasi batu bara yakni mengubah batu bara kalori rendah menjadi Dimethyl Ether (DME) untuk menggantikan LPG, lalu methanol, kokas, petrokimia, dan lainnya.

2. Nikel


Cadangan nikel RI menjadi yang terbesar di dunia. Data Kementerian ESDM 2020 dalam booklet bertajuk "Peluang Investasi Nikel Indonesia", menyebut cadangan logam nikel yang dimiliki RI sebesar 72 juta ton Ni (nikel).

Jumlah ini merupakan 52% dari total cadangan nikel dunia yang mencapai 139.419.000 ton Ni. Data tersebut merupakan hasil olahan data dari USGS Januari 2020 dan Badan Geologi 2019.

Sementara untuk bijih nikel, berdasarkan data Kementerian ESDM tahun 2020, total sumber daya bijih nikel mencapai 8,26 miliar ton dengan kadar 1%-2,5%, di mana kadar kurang dari 1,7% sebesar 4,33 miliar ton, dan kadar lebih dari 1,7% sebesar 3,93 miliar ton.

Adapun cadangan bijih nikel mencapai 3,65 miliar ton untuk kadar 1%-2,5%, di mana cadangan bijih nikel dengan kadar kurang dari 1,7% sebanyak 1,89 miliar ton dan bijih nikel dengan kadar di atas 1,7% sebesar 1,76 miliar ton.

Nikel memiliki banyak kegunaan mulai dari bahan baku pembuatan baterai untuk kendaraan listrik hingga bahan baku kendaraan listrik itu sendiri. Sehingga RI menjadi incaran asing karena kekayaan sumber daya alam nikel ini.

Nilai tambahnya pun tidak perlu diragukan lagi. Berdasarkan pemaparan Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM Agus Tjahajana pada webinar awal bulan ini, pengolahan bijih nikel kadar rendah (limonit) menjadi nikel sulfat, maka nilai tambahnya menjadi 11,4x.
Kemudian, bila diproses lebih lanjut ke precursor, maka nilai tambahnya menjadi 19,4x. Jika diproses lagi menjadi katoda, maka nilai tambahnya menjadi 37,5x dan saat diproses menjadi produk yang paling hilir berupa sel baterai, maka nilai tambahnya menjadi 67,7x.

Sementara bijih nikel kadar tinggi (saprolit), setelah diproses menjadi feronikel, maka nilai tambahnya menjadi 4,1x. Lalu jika diproses lagi menjadi nikel sulfat, maka nilai tambahnya menjadi 5,7x.

Selanjutnya, jika diproses menjadi precursor, maka nilai tambahnya menjadi 9,6x, diproses lebih hilir lagi menjadi katoda nilai tambahnya menjadi 18,6x, dan terakhir saat menjadi produk cell (sel baterai), maka nilai tambahnya menjadi 33,6x.

Halaman 3>>


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Alasan Produsen Batu Bara Ramai-Ramai Incar Bisnis LNG & EBT

Pages