Analisis Teknikal

IHSG Bak Roller Coaster di Sesi 1, Waspada Sesi 2 Bisa Drop

Putra, CNBC Indonesia
Kamis, 07/10/2021 12:15 WIB
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bak roller coaster pada sesi I Perdagangan, Kamis (7/10/2021). IHSG harus berakhir dengan koreksi tipis sebesar 0,04% ke 6.414,93 hingga sesi istirahat siang 11.30 WIB.

Selama perdagangan berlangsung IHSG sempat menyentuh level terendahnya di 6.392,73 dan level tertingginya di 6.458,64.

IHSG bergerak dengan volatilitas tinggi. Di tengah koreksi IHSG, terpantau 223 saham menguat, 267 melemah dan 155 stagnan. Hingga siang transaksi di pasar tercatat mencapai Rp 11,07 triliun.


Asing masih saja melakukan aksi borong saham yang tercermin dari net buy asing sebesar Rp 1 triliun di pasar reguler.

Koreksi yang terjadi sebenarnya adalah hal yang wajar dikarenakan indeks sudah menguat 2,06% kemarin (6/10). Penguatan yang signifikan dalam waktu singkat cenderung membuka ruang untuk aksi ambil untung (profit taking).

Saham-saham batu bara rontok mengikuti anjloknya harga batu bara global. Sebagai informasi, pada Rabu (6/10) harga batu bara acuan Newcastle ambrol nyaris 16% dalam sehari.

Di sisi lain, investor juga masih mencermati perkembangan krisis utang pengembang properti China. Setelah Evergrande, kini giliran Fantasia Holdings dan Sinic Holdings yang terlilit utang.

IHSG harus pasrah terkoreksi tipis saat Wall Street ditutup di zona hijau dan cadangan devisa Indonesia kembali menyentuh level all time high di US$ 146,9 miliar pada September 2021.

Apakah IHSG punya peluang untuk menguat di sesi II? Berikut adalah ulasan teknikalnya.

Analisis Teknikal

Foto: Putra
teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).

Jika melihat posisi penutupan IHSG, maka indeks harus melewati level resisten terdekatnya di 6.469 untuk melanjutkan tren bullish-nya. Namun jika indeks terkoreksi dan turun ke bawah 6.400, maka level support selanjutnya di 6.358.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 68,17. RSI cenderung menurun yang mengindikasikan adanya potensi downtrend.
Adanya potensi penurunan IHSG di sesi II juga terkonfirmasi dari indikator Moving Average Convergence Divergence (MACD), di mana tampak pada semakin rendahnya histogram.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Israel Vs Iran Bikin Harga Minyak Naik & Bursa Saham "Ambyar"