Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia naik lagi pada perdagangan pagi ini. Kenaikan harga si emas hitam sampai mengukir rekor terbaru.
Pada Rabu (6/10/2021) pukul 06:35 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 82,56/barel. Melonjak 1,6% dari hari sebelumnya dan menjadi rekor tertinggi sejak 10 Oktober 2018.
Sementara yang jenis light sweet harganya US$ 79,04/barel. Naik tipis 0,14% tetapi menjadi yang tertinggi sejak 28 Oktober 2014.
Lonjakan harga minyak disebabkan oleh respons pasar terhadap hasil pertemuan OPEC+. Dalam pertemuan tersebut, Arab Saudi, Rusia, dan kolega sepakat untuk mempertahankan produksi seperti kesepakatan sebelumnya.
Beberapa waktu lalu, OPEC+ sepakat untuk menambah produksi minyak sebanyak 400.000 barel/hari/bulan hingga Desember 2021. Tidak ada tambahan lagi.
"Kami mengonfirmasi ulang rencana penyesuaian produksi yang sudah direncanakan," sebut pernyataan tertulis OPEC+.
Halaman Selanjutnya --> Harga Gas Naik, Minyak Ikut Terungkit
Padahal dunia sedang membutuhkan minyak karena harga gas alam yang semakin mahal. Lonjakan harga gas alam membuat harga komoditas energi lainnya ikut terdongkrak, karena kebutuhan bahan bakar tidak bisa ditunda.
Pada pukul 05:41 WIB, harga gas alam di Henry Hub (Oklahoma, Amerika Serikat) tercatat US$ 6,31/MMBtu. Melonjak 1,88% dan hari sebelumnya dan menjadi rekor tertinggi sejak 2008.
Dalam sepekan terakhir, harga gas alam naik 7,31% dan selama sebulan ke belakang kenaikannya mencapai 34,34%. Secara year-to-date, harga naik 148,52%.
"Mungkin harga gas akan turun karena bagaimana pun pasti ada profit taking. Namun itu tidak akan mengubah kenyataan bahwa sepertinya musim dingin ini aka disertai dengan harga gas yang sangat tinggi," kata Gary Cunningham, Direktur Riset di Tradition Energy, sebagaimana diberitakan Reuters.
Permintaan terhadap komoditas alternatif (seperti minyak) pun akan meningkat. Tanpa tambahan produksi di luar yang sudah disepakati, pasokan minyak dunia tidak akan bertambah dari posisi saat ini. Padahal permintaannya melonjak. So, tidak heran harga minyak menanjak.
"Pasar menyadari bahwa beberapa bulan ke depan pasokan akan menipis. OPEC+ sepertinya senang-senang saja dengan situasi ini," tegas Phil Flynn, Analis di Futures Group yang berbasis di Chicago, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA