Para Taipan 'Ngamuk', Caplok Emiten & Makin Tajir Melintir

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
04 October 2021 12:25
Infografis/ Tajir! Laba Rp 12 T, Aset Perusahaan Duo Hartono Rp 1.113 T/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Grup konglomerasi atau perusahaan raksasa yang dimiliki oleh para orang terkaya RI tampak giat berekspansi dengan membeli sejumlah saham emiten yang melantai di bursa akhir-akhir ini.

Adapun emiten yang saham-sahamnya diborong oleh para konglomerat memiliki fokus bisnis yang beragam, mulai dari bisnis supermarket hingga pengelola rumah sakit (RS).

Berikut ini daftar ringkas mengenai aksi akuisisi emiten oleh konglomerat RI yang dihimpun oleh CNBC Indonesia.

Grup Djarum 'Caplok' Ranch Market dan Emiten Menara

Grup Djarum yang dimiliki oleh dua taipan RI, Hartono Bersaudara, telah merampungkan akuisisi dua perusahaan dengan nilai investasi hampir mencapai Rp 20 triliun.

Kedua perusahaan yang diambilalih Grup Djarum ialah emiten pengelola Ranch Market PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) sebesar Rp 2,03 triliun dan emiten menara telekomunikasi PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) senilai Rp 16,72 triliun. Dengan demikian, total dana akuisisi tersebut sebesar Rp 18,75 triliun.

Pembelian RANC dilakukan lewat perusahaan e-commerce PT Global Digital Niaga (Blibli), sementara akuisisi SUPR dilakukan lewat PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo), anak usaha bisnis menara Grup Djarum, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).

Setelah merampungkan akusisi tersebut, Grup Djarum menyatakan bakal melaksanakan penawaran tender wajib (tender offer).

Wakil Direktur Utama Protelindo, anak usaha Adam Gifari, kepada CNBC Indonesia mengungkapkan, saat ini perusahaan sedang dalam proses untuk melakukan penawaran tender wajib di OJK setelah TOWR, melaui anak usaha Protelindo mengakuisisi sebanyak 94,03% saham SUPR.

"Proses sedang dijalankan dengan OJK. Begitu sudah disetujui maka akan diluncurkan," ujarnya, Jumat (1/10/2021).

Grup Emtek Akuisisi RS Kedoya dan RS Omni

Sebelum Grup Djarum, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) atau Grup Emtek milik keluarga Sariaatmadja, melalui PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk. (SAME), pengelola Omni Hospitals, akhirnya menyampaikan rencana akuisisi mayoritas atau sebanyak 66% saham PT Kedoya Adyaraya Tbk. (RSGK), pengelola RS Grha Kedoya.

SAME yang dikendalikan Emtek dengan porsi saham 75,14% ini akan mengambilalih total sebanyak-banyaknya 613.585.500 saham atau 66% saham RSGK, dengan nilai nominal seharga Rp 200 per saham dan harga pembelian Rp 1.720.

Harga pembelian itu sesuai dengan harga pada saat RSGK mencatatkan saham perdana (initial public offering/IPO) pada 8 September 2021.

Dengan demikian SAME menggelontorkan dana hingga Rp 1,06 triliun.

Hal ini disampaikan lewat prospektus terbarunya di Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Jumat sore (17/9).

Manajemen SAME mengungkapkan dengan rencana menambah kepemilikan sahamnya hingga melebihi 50%, maka terjadi pengambilalihan RSGK.

"Konsekuensinya perseroan wajib melakukan Penawaran Tender Wajib [tender offer] sebagaimana diatur pada POJK No. 9/2018 apabila perubahan pengendali atas RSGK telah terjadi," tulis manajemen SAME, dikutip Jumat (17/9).

Sebelumnya pada 30 November 2020, EMTK mencaplok 71,88% saham SAME. Grup Emtek membeli 4,24 miliar saham emiten itu senilai RP137 per saham dan total Rp 581,01 miliar.

Saat ini, Grup Emtek menjadi pengendali di emiten e-commerce PT Bukalapak Tbk (BUKA), DANA di bisnis finansial, dan Vidio untuk bisnis streaming.

Salim Ekspansi ke Emiten Data Center

Konglomerasi Grup Salim masuk ke PT DCI Indonesia Tbk (DCII) lewat investasi pribadi Anthoni Salim, generasi kedua keluarga Salim dan bos Indofood (Direktur Utama PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF dan Direktur Utama PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP)

DCI adalah perusahaan data center yang dibangun oleh tokoh teknologi digital Indonesia, Otto Toto Sugiri.

Anthoni Salim menambah kepemilikan atas saham DCII dari semula 3,03% kini menjadi 11,12%. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 2 Juni 2021, transaksi pembelian ini dilakukan pada 31 Mei 2021 dengan harga Rp 5.277/saham. Total jumlah saham baru yang dibeli oleh Anthony Salim adalah sejumlah 192,74 juta, sehingga nilai transaksi ini mencapai Rp 1,01 triliun.

Sebelumnya Anthoni Salim telah menguasai 72,29 juta saham DCII atau 3,03% dari total saham, dan setelah pembelian baru ini kepemilikan saham bos Indofood ini mencapai 265 juta saham.

Saat ini DCII tengah membangun kawasan data center di Karawang, Jawa Barat.

Kabar terbaru, Grup Salim dikabarkan tengah mencari pendanaan senilai US$ 500 juta atau setara dengan Rp 7,15 triliun (asumsi kurs Rp 14.300/US$) untuk mendanai pembangunan pusat data.

Melansir Bloomberg (17/9), konglomerasi yang menguasai Grup Indofood itu tengah dalam pembicaraan dengan perbankan untuk mendapatkan pinjaman, menurut sumber yang menolak untuk disebutkan namanya.

Rencananya dana tersebut akan diinvestasikan senilai US$ 100 juta atau setara Rp 1,43 triliun per kawasan industri, menurut sumber lainnya.

Saat ini diskusi tengah berlangsung namun tidak menjamin bahwa akan ada kesepakatan mengenai hal tersebut.

alah satu yang paling mungkin adalah investasi di data center H2 yang saat ini sedang dibangun oleh PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang berlokasi di kawasan industri milik grup Salim. Anthoni Salim, pemilik konglomerasi tersebut memiliki saham sebesar 11,12% di perusahaan teknologi yang didirikan oleh pengusaha Otto Toto Sugiri ini.

Toto Sugiri juga memiliki perusahaan data center lainnya yakni PT Indointernet Tbk (EDGE) yang sahamnya dilepas mayoritas ke Digital Edge Hong Kong.

CNBC Indonesia telah meminta konfirmasi kepada DCII mengenai rencana penempatan informasi tersebut. Namun Corporate Secretary DCII Gregorius Nicholas Suharsono belum memberikan tanggapan detailnya.

Grup Northstar Masuk ke Emiten RS

Northstar Group, grup bisnis milik Patrick Sugito Walujo dan Glenn Sugita menjadi salah satu pemegang saham emiten pengelola RS Ibu dan anak Bunda Jakarta, PT Bundamedik Tbk (BMHS) sebesar 4,93%.

Kepemilikan ini dilakukan melalui perusahaan investasi Akasya Investments Limited (AIL) lewat konversi obligasi menjadi saham perusahaan.

"Akasya itu adalah holding/entitas yg digunakan Northstar untuk investasi di BMHS," kata Gene Richard, VP Business Development Bundamedik kepada CNBC Indonesia, Senin (2/8/2021).

Berdasarkan prospektus penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) yang dirilis oleh perusahaan, investasi ini dilakukan dalam bentuk obligasi wajib konversi (OWK). Nilai total obligasi tersebut mencapai Rp 301 miliar dengan opsi konversi sebanyak 421.416.176 saham senilai Rp 143,28 miliar.

Obligasi tersebut dikonversi menjadi saham dengan harga konversi sama dengan harga penawaran saham saat IPO, yakni Rp 340/saham.

"Perseroan menerbitkan obligasi ini untuk keperluan pengembangan usaha Perseroan (termasuk pelunasan pinjaman yang diberikan kepada Perseroan oleh bank-bank pihak ketiga). Pada saat prospektus ini diterbitkan, Perseroan belum menggunakan dana yang diperoleh dari obligasi tersebut," tulis prospektus itu, dikutip Senin ini.

Adapun AIL adalah perusahaan investasi yang berbasis di Hong Kong yang dimiliki 100% oleh Riverhill Finance Ltd. Perusahaan ini dipimpin oleh Sua Fong Cha dan Tan Choon Hong sebagai direktur.

Boy Thohir Borong Saham Trimegah

Konsorsium yang dipimpin Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk (ADRO) Garibaldi 'Boy' Thohir mengumumkan akan mengambilalih saham PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM) dari Advance Wealth Finance Ltd.

Berdasarkan pengumuman di koran media nasional, Senin ini (4/10), Boy Thohir mengatakan pihaknya sudah meneken term sheet yang belum mengingat dalam rangka rencana pengambilalihan saham TRIM.

Konsorsium Boy Thohir berencana membeli 3.500.000.000 saham milik Advance di TRIM yang merupakan 49,23% dari seluruh saham yang dikeluarkan oleh TRIM yang apabila diselesaikan maka akan mengakibatkan perubahan pengendalian atas perusahaan sekuritas ini.

"Tujuan dari rencana pengambilalihan ini adalah untuk investasi dan pengembangan bisnis konsorsium Boy Thohir di pasar modal Indonesia," tulis Boy Thohir, dikutip Senin ini (4/10).

Pada tanggal pengumuman negosiasi ini, Boy Thohir yang juga kakak kandung Menteri BUMN Erick Thohir ini menegaskan tidak memiliki baik langsung maupun tidak langsung saham TRIM.

Calon pengendali baru atau konsorsium Boy Thohir ini akan melaksanakan penawaran tender wajib sesuai dengan ketentuan POJK Nomor 9/2018. Penawaran tender adalah kewajiban bagi investor pengendali baru untuk menawarkan membeli saham milik investor lain, termasuk investor publik.

Per Juni 2021, saham TRIM dipegang Advance Wealth 49,23% (3,5 miliar saham), PT Union Sampoerna 9,85%, Stephanus Turangan 0,31%, David Agus 0,25%, Syafriani Armand Saleh 0,24%, publik 40,12%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular