
Bursa Asia Dibuka Menguat, Hang Seng Merosot Sendirian

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia dibuka menguat pada perdagangan Senin (4/10/2021), setelah perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS), Merck mengumumkan bahwa obat oral eksperimental untuk Covid-19 dapat mengurangi risiko rawat inap atau kematian sekitar 50%.
Indeks Nikkei Jepang dibuka melesat 0,95% dan Straits Times Singapura melonjak 1,18%. Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong dibuka merosot 0,86%.
Sementara untuk indeks KOSPI Korea Selatan pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur nasional. Namun untuk pasar saham China pada pekan ini hanya dibuka pada Jumat (8/10/2021), karena adanya libur panjang.
Sentimen positif datang dari perusahaan farmasi asal AS, Merck & Co Inc yang mengungkapkan bahwa sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan obat oral eksperimental untuk Covid-19 bisa mengurangi risiko kematian dan rawat inap sekitar 50%.
Jika obat eksperimental ini disahkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) AS, maka obat tersebut bisa menjadi obat antivirus oral pertama untuk Covid-19.
Merck berencana untuk mencari otorisasi darurat untuk pengobatan antivirus Covid-19 setelah obat tersebut menunjukkan "hasil yang meyakinkan" dalam uji klinis.
Pasar saham Asia juga cenderung mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street yang ditutup positif pada perdagangan Jumat (1/10/2021) akhir pekan lalu, didorong oleh data ekonomi yang positif, kemajuan dalam penanganan Covid-19, dan perkembangan Washington mengenai potensi pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) infrastruktur.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 1,43% ke level 34.326,46, S&P 500 melesat 1,15% ke 4.357,06, dan Nasdaq Composite menguat 0,82% menjadi 14.566,7.
Melansir Reuters, reli ketiga indeks tersebut mendapatkan momentum setelah Gedung Putih mengumumkan Presiden AS Joe Biden semakin terlibat dalam negosiasi mengenai RUU infrastruktur yang sedang diperdebatkan di Capitol Hill.
"Ada pemulihan secara luas hari ini. Pada hari ini, pasar tidak terpaku pada pajak baru atau pengurangan," kata David Carter, kepala investasi di Lenox Wealth Advisors di New York kepada Reuters, dikutip CNBC Indonesia Sabtu (2/10/2021).
"Dalam pergeseran dari beberapa minggu terakhir tidak ada berita besar dari Washington, sehingga pasar terpaksa fokus pada data ekonomi positif dan pengobatan Covid baru," lanjut Carter.
Di lain sisi, Presiden Biden juga telah menandatangani RUU stop-gap agar pemerintah tetap berjalan hingga 3 Desember mendatang.
Kurangnya resolusi ini mendorong lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings untuk memperingatkan bahwa peringkat kredit 'AAA' AS dapat berisiko.
"Pasar tidak percaya utang [AS] akan diturunkan atau kesepakatan plafon utang tidak akan tercapai, tetapi hal tersebut masih menambah ketidakpastian yang selalu menjadi masalah bagi pasar," tambah Carter.
Sejumlah data ekonomi yang dirilis pada Jumat menunjukkan peningkatan belanja konsumen, pulihnya aktivitas pabrik dan pertumbuhan inflasi yang meningkat, yang dapat membantu mendorong bank sentral AS, Federal Reserve alias the Fed, mempersingkat waktunya untuk memperketat kebijakan moneter yang akomodatif.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!