Investor Borong Obligasi AS, IHSG Masih Kuat Naik Sesi 2
Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa dibilang cukup menegangkan di sesi I perdagangan Rabu (29/9/2021) sebelum akhirnya ditutup menguat 0,31% ke 6.132,3.
Sebanyak 230 saham menguat, 279 ambruk dan 135 tak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 7,75 triliun. Asing pun tercatat melakukan beli bersih senilai Rp 275 miliar di pasar reguler.
Kendati bursa saham New York kebakaran semalam, IHSG masih mampu finish di zona hijau setelah bergerak bak roller coaster sejak awal perdagangan dibuka.
Bursa saham AS (Wall Street) yang babak belur dini hari tadi disebabkan oleh kenaikan yield treasury AS. Yield Treasury AS tenor 10 tahun kemarin kembali menanjak 5,55 basis poin ke 1.5461, dan mencapai level tertinggi sejak pertengahan Juni lalu.
"Pasar perlahan tapi pasti melihat realita yield Treasury saat ini jauh lebih rendah dari fundamentalnya. Kebijakan The Fed sedang bergeser, para investor juga merubah posisi mereka, sekaligus, seperti yang cenderung kita lakukan," kata Kathy Jones, kepala strategi aset tetap di Schwab Center for Financial Research, sebagaimana dilansir CNBC International.
Masalah politik klasik di AS, batas utang, juga membebani sentimen pelaku pasar. Amerika Serikat masih terancam mengalami shutdown. Kongres AS harus menyetujui Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN) pada Jumat mendatang untuk menghindari shutdown.
Selain itu, Menteri Keuangan Janet Yellen juga mengatakan Kongres AS harus menyetujui kenaikan batas utang pada 18 Oktober agar Amerika Serikat terhindar dari gagal bayar (default).
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di atas garis BB 20 dan namun belum menyentuh level resistance terdekatnya.
Untuk melanjutkan tren bullish atau penguatan, indeks perlu melewati level resistance terdekat yang berada di area 6.151. Sementara untuk merubah tren bullish menjadi bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 6.127.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 56,7 dan memang belum menunjukkan adanya indikator jenuh beli maupun jenuh jual tetapi indikator RSI cenderung bergerak naik.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal maka pergerakan IHSG selanjutnya di sesi II berpeluang tetap berada di zona hijau dan tak menutup kemungkinan melanjutkan apresiasinya.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps/hps)