Cek 7 Kabar dari Pasar, Informasi Penting untuk Trading

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
29 September 2021 08:30
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

5. Rogoh Rp 62 M, Pieter Tanuri Borong Lagi Saham Bali United

Pemegang saham pengendali emiten klub sepakbola, PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA), Pieter Tanuri, menambah porsi kepemilikan sahamnya sebanyak 150 juta saham.

Berdasarkan keterbukaan informasi yang disampaikan manajemen BOLA kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), transaksi tersebut dilaksanakan pada 27 September 2021 di harga Rp 410 per saham. Dengan demikian, Pieter merogoh dana sebesar Rp 61,50 miliar untuk pembelian saham tersebut.

"Tujuan transaksi untuk investasi dengan status kepemilikan langsung," kata Corporate Secretary BOLA, Yohanes Ade Bunian Moniaga, dikutip Selasa (28/9/2021).

Setelah transaksi ini, persentase kepemilikan saham Pieter Tanuri di klub Bali United ini bertambah menjadi 39,32% atau 2.358.953.320 saham dari sebelumnya 36,82% kepemilikan atau setara 2.208.953.320 saham.

6.Aneka Tambang Cetak Laba Rp 1,2 T

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sepanjang semester I-2021 mencatatkan laba bersih senilai Rp 1,16 triliun. Kinerja ini meroket dibanding dengan capaian perusahaan di periode yang sama tahun sebelumnya yang merugi Rp 159,40 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan, laba bersih per saham juga meningkat menjadi Rp 48,29 dibanding sebelumnya yang rugi per saham senilai Rp 6,63.

Tercatatnya laba ini karena pendapatan perusahaan meroket hingga 87,01% secara tahunan (year-on-year/YOY) ke posisi Rp 17,27 triliun. Sedangkan pada akhir Juni 2020 lalu tercatat laba pendapatan perusahaan senilai Rp 9,23 triliun.

7. Usai PTPN, Erick Ungkap Indikasi Korupsi Krakatau Steel

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan ada indikasi korupsi terjadi dalam pembangunan pabrik blast furnace (tanur tiup) milik PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS).

Pabrik ini adalah pabrik baja tempat produksi hot metal (besi cair) melalui proses peleburan dan reduksi bijih besi sintered ore, pellet serta lump ore.

Erick menegaskan, pasalnya, pembangunan pabrik dengan dana jumbo mencapai US$ 850 juta atau setara Rp 12,16 triliun (kurs Rp 14.300/US$) ini tak kunjung selesai malah sudah dinyatakan gagal pada akhir 2019 lalu.

(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular