Batu Bara Tembus Rekor US$ 200/ton, Berkah Buat Para Emiten

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
28 September 2021 12:25
Kapal tongkang Batu Bara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Kapal tongkang Batu Bara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga komoditas batu bara yang menyentuh level US$ 200/ton bakal berimplikasi positif pada kinerja emiten pertambangan batu bara. Momentum kenaikan harga tersebut menjadi katalis bagi emiten baru bara di semester kedua tahun ini.

Seperti diketahui, kemarin harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle, Australia tercatat US$ 202,95/ton, melonjak 6,2% dari posisi akhir pekan lalu sekaligus menjadi rekor tertinggi sejak 2008.

Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Tbk (ADRO), Febriati Nadira menyampaikan, di tengah momentum kenaikan harga batu bara tersebut manajemen Adaro optimis prospek bisnis batu bara di semester kedua tahun in, tapi tetap berhati-hati.

"Adaro akan berupaya memaksimalkan upaya untuk terus fokus terhadap keunggulan operasional bisnis inti, meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasi, menjaga kas dan mempertahankan posisi keuangan yang solid di tengah situasi sulit yang berdampak terhadap sebagian besar dunia usaha," kata Ira, kepada CNBC Indonesia, Selasa (28/9/2021).

Pada tahun ini, perseroan menargetkan produksi batu bara di kisaran 52-54 juta ton, tidak mengalami perubahan dari proyeksi sebelumnya.

"Adaro akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasi sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan dengan terus berfokus untuk mempertahankan marjin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan. Adaro juga akan senantiasa mengikuti ketentuan DMO," ungkapnya.

Sementara itu, tren kenaikan harga batu bara juga sudah berdampak pada meningkatnya penjualan alat berat Komatsu dari PT United Tractors Tbk (UNTR).

Sampai dengan Juli 2021, tercatat emiten pertambangan Grup Astra ini mencatatkan penjualan sebanyak 1.564 unit komatsu, naik 66,74% dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Dari penjualan unit komatsu itu, terbesar masih di sektor pertambangan dengan andil 47% dan 28% untuk proyek konstruksi.

Corporate Secretary UNTR, Sara K. Loebis menyatakan, kenaikan harga batu bara juga diperkirakan akan berimbas positif pada kontribusi penjualan batu bara Grup Astra.

"Kenaikan harga batu bara dampaknya pada pendapatan dari lini bisnis tambang batu bara kami saja. Kalau per September, kontribusi lini bisnis ini 20% terhadap pendapatan konsolidasian," bebernya kepada CNBC Indonesia, Selasa (28/9/2021).

Pada tahun ini, emiten bersandi UNTR ini menargetkan penjualan komatsu sebanyak 3.000 unit dengan produksi batu bara sebesar 115 juta ton.

Emiten pertambangan batu bara BUMN, PT Bukit Asam Tbk (PTBA), turut memanfaatkan kenaikan harga batu bara dengan meningkatkan penjualan untuk pasar ekspor dari sebelumnya 30% menjadi 47%. Selain itu, PTBA juga menggenjot produksi batu bara dari sebelumnya sebanyak 25 juta ton menjadi 30 juta ton.

"PTBA memanfaatkan potensi naiknya harga batu bara dengan meningkatkan produksi sekaligus ekspansi pasar global. Target ekspor secara keseluruhan di 2021 juga ditargetkan naik menjadi 47%," kata Corporate Secretary PTBA, Apollonius Andwie kepada CNBC Indonesia, Senin (13/09/2021).

Dia menyebut, sejumlah pasar ekspor baru tengah dijajaki perusahaan, seperti Filipina dan Vietnam. Namun demikian, ekspor ke China juga berpotensi masih akan meningkat seiring dengan adanya konflik antara China dan Australia.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PLTU Pensiun Dini, Bagaimana Nasib Emiten Batu Bara?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular