
Jelang Q4-2021, Ini Dia Sederet Saham Pilihan dari JPMorgan

Pertumbuhan struktural pada saham-saham yang memiliki aktivitas terkait ekonomi baru seperti internet dan kendaraan listrik juga tidak luput dari analisis. Tercatat dua saham yang direkomendasikan oleh JP Morgan adalah PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) yang mulai fokus pada ekonomi internet dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) pengelola rantai pasok nikel yang merupakan komponen dasar utama baterai untuk mobil listrik.
Emtek yang semula lebih dikenal lewat gurita industri media dan hiburan melalui SCTV, kini mulai merambah ke sektor teknologi dengan menjadi pengendali di Bukalapak, selain itu perusahaan juga sedang giat-giatnya memperkuat sektor kesehatan dengan akuisisi rumah sakit.
EMTK merupakan salah satu emiten proksi teknologi utama di bursa saham Indonesia dengan katalis jangka menengah dapat terbantu dari kerja sama bisnis baru yang potensial dengan Grab menyusul investasi 5% ke EMTK pada 21 April lalu. Keakraban kedua perusahaan semakin terlihat dari saling caplok saham, di mana kemudian Emtek juga ikut membeli saham Grab senilai Rp 3 triliun.
Pilihan selanjutnya jatuh kepada BUMN tambang nikel, Aneka Tambang. JP Morgan menyatakan harga komoditas utama untuk memproduksi baterai yang digunakan di mobil listrik mencapai US$ 20 ribu/ton, menyiratkan hasil pendapatan yang kuat di kuartal mendatang. Sebagai penambang nikel ANTM tentu akan diuntungkan dari proksi terhadap rantai pasok Baterai EV di Indonesia.
Sedangkan terkait saham yang tidak disarankan untuk dikoleksi, JP Morgan menyebut dua nama emiten yaitu produsen rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan emiten pelayanan kesehatan serta pengelola rumah sakit, PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA).
Terkait tapering The Fed yang dikhawatirkan oleh banyak investor saat ini, analis JP Morgan mengatakan mereka percaya bahwa tren outflow tahun 2013 di ASEAN memiliki kemungkinan yang rendah, terutama dengan prospek investasi asing langsung (FDI) yang kuat. Selain itu partisipasi ritel domestik yang kuat (60% pada Agustus 2021, naik dari 58% pada 21 Juli, 57% pada 21 Juni) di Indonesia lebih lanjut akan membantu sebagai penyangga terhadap potensi aliran dana keluar dari risiko taper.
"Rekor tingkat kepemilikan asing yang rendah di ekuitas Indonesia. Kami percaya bahwa kepemilikan asing yang kecil memberikan dampak positif bagi IHSG karena arus asing kembali masuk didukung oleh pembukaan kembali ekonomi dan diversifikasi untuk keluar dari pasar China karena ketidakpastian peraturan," tulis JP Morgan.
(hps/hps)[Gambas:Video CNBC]