Tanri Abeng Sebut 2 Jurus Selamatkan GIAA dari Gunungan Utang

Monica Wareza, CNBC Indonesia
27 September 2021 20:10
Garuda Indonesia Luncurkan Livery Pesawat
Foto: Garuda Indonesia Luncurkan Livery Pesawat "bermasker" (Dok. Garuda Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) periode 1998-1999 Tanri Abeng mengungkapkan permasalahan yang saat ini dialami oleh PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) adalah peristiwa yang sama sejak perusahaan belum melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) pada 2011. Dia menjelaskan, terdapat dua poin penting dalam penyelesaian permasalahan di Garuda.

"Karena begini, setiap kali ada masalah harus ada pengambilan keputusan yang cepat karena makin lama ditunda pengambilan keputusan itu akan berdarah-darahnya itu makin banyak. Jadi decision making is key. Itu nomor satu," kata Tanri dalam wawancara dengan CNBC Indonesia TV, Senin (27/9/2021).

"Nomor dua yang paling kunci itu adalah direksi, khususnya direktur utama karena direksi harus mengambil sikap, mengambil keputusan. Saya misalnya menunjuk Robby Djohan [mantan direktur utama Bank Mandiri, Garuda Indonesia] termasuk merger Bank Mandiri. Sesudah saya tunjuk ya saya percayakan seluruhnya, saya tidak campur tangan lagi kecuali ada masalah yang sangat politis, nah itu urusan saya. Tapi sisanya saya serahkan ke mereka," ungkap dia.

Tanri menjelaskan, Garuda sebenarnya sudah pernah bangkrut pada 1998 silam dengan beban utang mencapai US$ 1,6 miliar dengan kurs saat itu. Kemudian perusahaan juga mengalami kerugian selama tujuh tahun berturut-turut.

Hal ini disebabkan oleh tiga hal, mulai dari biaya (cost) perusahaan yang terlalu tinggi untuk leasing dan sewa pesawat, yang besarannya lebih tinggi 2x lipat dibanding dengan harga pasar.

Kemudian adalah karena biaya penerbangan ke rute yang tidak menguntungkan sehingga tidak ada margin keuntungan dari sana. Terakhir adalah karena beban karyawan yang jumlahnya sangat besar.

Untuk menyelesaikan permasalahan ini, manajemen perusahaan saat itu melakukan pembenahan dengan merestrukturisasi utangnya kepada kreditor dan lessor.

"Jadi kita restrukturisasi semuanya itu yang kita benahi semuanya itu dan dengan pembenahan itu kreditor bersedia, oke kita melanjutkan. Dan betul Garuda itu kemudian survive dalam jangka waktu satu tahun Garuda sudah untung kembali dan bayangkan 1998 bangkrut, 2011 sudah IPO dengan nilai US$ 1,6 miliar. Jadi berarti kan sudah bagus sekali," terangnya.



Untuk diketahui, saat ini Kementerian BUMN dan manajemen Garuda sebetulnya juga sudah menunjuk sedikitnya lima konsultan keuangan dan hukum untuk memulai proses restrukturisasi seluruh utang maskapai BUMN ini yang nilainya sudah bengkak dari Rp 20 triliun menjadi Rp 70 triliun.

Berdasarkan dokumen paparan Irfan Setiaputra dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VI DPR RI, Senin (21/6/2021) yang disiarkan dari Youtube DPR RI, disebutkan lima perusahaan konsultan tersebut.

Mereka adalah McKinsey & Company (business advisor), PT Mandiri Sekuritas (lead advisor), Guggenheim Partners (financial advisor), dan legal advisor Cleary Gottlieb, dan Assegaf Hamzah & Partners.

"Garuda telah memiliki rencana bisnis model baru untuk tahun 2022-2026, untuk menjembatani kondisi saat ini menjadi New GA diperlukan rencana strategis yang dilakukan secara bertahap pada periode Juni-Desember 2021," tulis manajemen Garuda, dikutip Selasa (22/6/2021).


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Efisien & Buruknya Manajemen Sebabkan BUMN Merugi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular