Evergrande Masih Bikin Pasar Waswas, IHSG Drop! Asing Masuk

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Senin, 27/09/2021 15:48 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah pada perdagangan Senin (27/9/2021) awal pekan ini, di tengah tren pergerakan variatif di bursa regional (Asia).

Indeks saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melemah 0,36% ke level 6.122,49. Pada perdagangan awal sesi I hari ini, IHSG sempat bergerak menguat, namun menjelang pukul 10:00 WIB, IHSG langsung berbalik arah ke zona merah dan tak kembali ke zona hijau hingga penutupan perdagangan hari ini.

Data perdagangan mencatat nilai transaksi hari ini kembali turun menjadi Rp 11, triliun. Investor asing tercatat melakukan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 312 miliar di pasar reguler. Sebanyak 206 saham menguat, 314 saham melemah dan 148 lainnya mendatar.


Investor asing melakukan pembelian bersih di saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 257 miliar. Selain di saham BBRI, asing juga tercatat mengoleksi saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 88 miliar.

Dari pergerakan sahamnya, saham BBRI ditutup melemah 1,83% ke level harga Rp 3.750/unit, sedangkan saham BBCA berakhir turun tipis 0,08% ke posisi harga Rp 32.900/unit.

Sementara penjualan bersih dilakukan asing di saham PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) yang dilepas sebesar Rp 56 miliar dan di saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp 55 miliar.

Saham BABP ditutup stagnan di level Rp 280/unit, sedangkan saham BMRII ditutup terkoreksi 1,26% ke posisi harga Rp 5.900/unit.

Perkembangan kasus Evergrande masih mempengaruhi pergerakan bursa saham, termasuk IHSG pada hari ini, di mana perseroan belum menjelaskan lebih lanjut dari proses pembayaran bunga obligasi denominasi dolar Amerika Serikat (AS) yang jatuh tempo pada Kamis (23/9/2021) lalu.

Di lain sisi, bank sentral China kembali menyuntik dana sebesar 100 miliar yuan (US$ 15,47 miliar) atau sekitar Rp 220 triliun ke perekonomian pada hari ini. Dengan demikian sejak pekan lalu, total bank sentral China ini menyuntikkan likuiditas sebesar 320 miliar yuan, terbesar sejak Januari lalu.

Suntikan likuiditas yang dilakukan bank sentral China guna menenangkan pasar yang dibuat cemas akibat masalah krisis utang Evergrande.

Selain itu, pelaku pasar juga masih mencerna pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (Treasury) kembali naik dan dolar AS perkasa.

Sepanjang pekan lalu, yield Treasury AS tenor 10 tahun naik 8,9 basis poin (bp) ke level 1,4526% yang membuat SBN mengalami tekanan jual.

Pasar juga mengantisipasi pernyataan tiga pejabat The Fed pada malam nanti, di mana pelaku pasar akan mencari petunjuk lebih jauh mengenai kapan kebijakan tapering (pengurangan suntikan likuiditas ke pasar) akan dijalankan, maupun proyeksi suku bunga acuan.

Presiden The Fed wilayah Chicago, Charles Evans, akan berbicara mengenai kondisi ekonomi dan kebijakan moneter dalam acara yang diselenggarakan oleh National Association for Business Economics.

Gubernur The Fed, Lael Brainard juga berbicara dalam acara tersebut, sementara Presiden The Fed wilayah New York akan berbicara dalam acara yang diselenggarakan Economic Club of New York.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Saat Perang Berkobar, Saham & Investasi Mana Yang Bisa Cuan?