
Riset Terbaru: Emiten RI Jadi Target Akuisisi 'Raksasa' Tech

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan besar berbasis teknologi di Indonesia dinilai masih mengincar perusahaan publik (emiten) yang potensial untuk diakuisisi untuk melengkapi bisnis mereka.
Dalam publikasi riset terbaru PT Syailendra Capital bertajuk Syailendra Market Insight periode 24 September, perusahaan aset manajemen ini menilai, perusahaan besar teknologi di dalam negeri masih memiliki kemungkinan melakukan akuisisi.
"Hal ini menjadi peluang bagi investor mengingat kinerja saham yang meningkat signifikan apabila akuisisi dilakukan terhadap perusahaan publik," tulis Syailendra, dikutip Senin (27/9/2021).
Terbaru misalnya, perusahaan e-commerce, PT Global Digital Niaga atau lebih dikenal dengan Blibli.com dari Grup Djarum sedang dalam proses untuk mengakuisisi 51% saham pengelola Ranch Market, PT Supra Boga Lestari Tbk(RANC). Hal ini guna melengkapi ekosistem bisnis Grup Djarum di bisnis fresh product.
![]() Syailendra Market Insight periode 24 September 2021 |
CEO sekaligus Co-Founder Blibli Kusumo Martanto, kepada CNBC Indonesia mengatakan, rencana strategis ini sejalan dengan langkah perusahaan untuk menumbuhkan bisnis yang sudah solid dengan menjadi solusi bagi seluruh pemangku kepentingan yang ada di dalam ekosistem bisnisnya.
Sebagai gambaran, usai diakuisisi Grup Djarum, saham RANC sejak awal tahun ini sudah melesat 436,70% ke level Rp 2.340 per saham. Perusahaan ini pertama kali melantai di bursa pada 7 Juni 2012 lalu dengan harga penawaran umum perdana saham Rp 500.
![]() Syailendra Market Insight periode 24 September 2021 |
Selain itu, emiten bank digital, PT Bank Jago Tbk (ARTO), yang sahamnya sebagian dimiliki oleh PT Dompet Karya Anak Bangsa (GoPay) yang saat ini masuk ke ekosistem GoTo, sejak awal tahun sudah melesat 311,31% ke level Rp 15.950 per saham.
Sebelum berganti nama menjadi Bank Jago, perusahaan ini bernama Bank Artos yang pertama kali tercatat di bursa pada 12 Januari 20216 lalu dengan harga IPO sebesar Rp 132 per saham.
Bila membandingkan dengan kinerja IHSG yang sejak awal tahun baru menguat 3% dengan imbal hasil ARTO dan RANC tentu sangatlah jauh.
Syailendra juga menyebut, perusahaan dengan eksposur digital juga cenderung memiliki target pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan lain di IHSG.
"Hal ini dapat menjadi faktor pendorong tersendiri bagi kinerja dan valuasi saham perusahaan-perusahaan tersebut," ungkap Syailendra.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Bank Jago (ARTO) 2 Hari Beruntun Kena ARB, Ada Apa?
