Kemarin Ambles 1% Lebih, Gimana Ramalan Harga Emas Hari Ini?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 September 2021 06:11
Toko Emas Cikini Gold Center, Cikini, Jakarta Pusat (21/6/2019). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Toko Emas Cikini Gold Center, Cikini, Jakarta Pusat (21/6/2019). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Faktor utama yang menjadi penekan harga emas adalah dinamika arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/The Fed. Dalam rapat kemarin, Komite Pembuat Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan ultra rendah 0-0,25%.

Akan tetapi, ada indikasi bahwa The Fed bakal menaikkan Federal Funds Rate lebih cepat yaitu 2022 alias tahun depan. Bukan 2023 seperti yang diperkirakan sebelumnya.

Berdasarkan dotplot terbaru, enam anggota FOMC menilai suku bunga acuan sudah bisa naik ke 0,25-0,5% pada 2022. Sementara tiga anggota lainnya lebih agresif lagi, bisa naik sampai 0,5-0,75%.

Dalam rapat FOMC edisi Juni 2021, jumlah anggot FOMC yang menginginkan Federal Funds Rate naik pada 2022 masih lebih sedikit dari itu. Ada lima anggota yang ingin suku bunga naik ke 0,25-0,5% pada 2022, dan hanya dua yang agresif dengan kenaikan 0,5-0,75%.

fedFoto: FOMC

Kenaikan suku bunga acuan akan ikut mendongrak imbalan investasi aset-aset berbasis dolar AS, terutama instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi. Benar saja, pada pukul 04:49 WIB, imbal hasil (yield) oblligasi pemerintah AS melonjak 10,4 basis poin (bps) menjadi 1,4353%.

Emas adalah aset tanpa imbal hasil (non-yielding asset). Saat suku bunga tinggi, berinvestasi di aset tanpa imbal hasil menjadi tidak menarik karena tidak menawarkan bunga.

"Jadi saat suku bunga naik, yield naik, itu yang menarik harga emas ke bawah," ujar Daniel Ghali, Commodity Strategist di TD Securities, seperti dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular