Ketularan 'Badai' Evergrande, Bursa Jepang Terjun Bebas!

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
Selasa, 21/09/2021 14:13 WIB
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks bursa saham Nikkei Tokyo, Bursa Jepang, anjlok hingga lebih dari 2% siang ini, Selasa (21/9/2021), tertular amblesnya bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street seiring kekhawatiran investor atas potensi gagal bayar (default) raksasa properti China Evergrande.

Menurut data Refinitiv, pada pukul 13.54 WIB, indeks Nikkei 225 merosot 2,17% ke posisi 29.839,71. Pada perdagangan Senin (20/9), indeks Nikkei ditutup menghijau 0,58% ke 30.358,93. Sementara indeks yang TOPIX Tokyo juga turun 1,70% ke 2.609,96.

Sementara, bursa saham Wall Street ditutup berjatuhan pada perdagangan Senin (20/9) waktu setempat pada awal pekan ini, setelah investor kian menyingkir dari pasar saham di tengah meningkatnya risiko pasar.


Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambles 1,78% ke level 33.970,47, sedangkan S&P 500 ambruk 1,7% ke level 4.357,66 dan Nasdaq Composite anjlok 2,19% ke posisi 14.713,9.

Investor mengkhawatirkan dampak ambruknya raksasa properti China Evergrande Group yang nyaris gagal bayar. Indeks kecemasan pasar, Cboe Volatility index, melompat di atas level 26, menjadi yang tertinggi sejak Mei.

Pasar juga mengkhawatirkan kegagalan persetujuan untuk memperlonggar batas penarikan utang pemerintah AS, untuk mencegah terhentinya layanan publik karena tak ada pemasukan untuk menggaji para pegawai negeri mereka.

Sebelumnya, berdasarkan pemberitaan Bloomberg pada Rabu (15/9), seperti dikutip dari Reuters, otoritas perumahan China telah memberitahukan kepada bank-bank bahwa Evergrande tidak akan mampu membayar bunga pinjaman yang jatuh tempo pada 20 September 2021 karena kesulitan likuiditas.

Evergrande masih berupaya untuk menempuh jalur perpanjangan tenor pembayaran di sejumlah bank.

Perusahaan ini disebut memiliki kewajiban mencapai US$ 305 miliar atau setara dengan Rp 4.361 triliun (kurs Rp 14.300/US$). Jika tidak ada solusi, maka bisa menjadi risiko sistemik di sektor keuangan China.

Lembaga pemeringkat S&P menurunkan peringkat utang Evergrande dari CC menjadi CCC dengan outlook negatif. Fitch, lembaga pemeringkat lainnya, juga menurunkan rating Evergrande dari CC menjadi CCC+.

Menurut Fitch, utang Evergrande kepada perbankan dan lembaga keuangan lainnya adalah CNY 572 miliar. Selain itu, bank juga memberi pinjaman kepada para supplier Evergrande senilai CNY 667 miliar.

Bank dengan eksposur tinggi terhadap Evergrande akan rentan terserang kredit bermasalah(Non-Performing Loan/NPL). Inilah yang bakal menimbulkan risiko sistemik.

Sektor properti China merupakan sektor penggerak utama pertumbuhan ekonomi China, di mana sektor properti menyumbang 29% atas pertumbuhan ekonomi China.

Jika permasalahan default dari perusahaan raksasa properti tersebut tak kunjung selesai, maka hal ini dapat mempengaruhi perusahaan properti lainnya di China dan parahnya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi China yang saat ini masih mengalami proses pemulihan akibat pandemi virus corona (Covid-19).

"Runtuhnya Evergrande akan menjadi cobaan terbesar yang dihadapi sistem keuangan China selama bertahun-tahun," kata Mark Williams, Ekonom dari Asia Capital Economics.

Namun, beberapa analis mengira bahwa pemerintah China tidak akan membiarkan permasalahan likuiditas Evergrande hingga berlarut-larut, karena hal ini dapat merusak citra pemerintahan China saat ini.

"Pemerintah China tidak akan membiarkan Evergrande bangkrut karena itu akan merusak citra dan stabilitas pemerintahan China saat ini." Kata analis dari perusahaan konsultasi dan riset risiko politik SinoInsider yang berbasis di New York, AS.

Dari dalam negeri, pada pukul 14.03 WIB, Selasa ini (21/9), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ambles 0,46% di 6.045 dengan nilai transaksi rendah Rp 7,8 triliun, sementara Hang Seng Hong Kong juga masih jeblok 0,08%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat