Belum Puas dengan Koreksi Senin, IHSG Ditutup Merah di Sesi 1
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali tersudut di zona merah pada penutupan perdagangan sesi pertama Selasa (21/9/2021), melanjutkan tren koreksi yang terjadi Senin kemarin.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG berakhir di level 6.051,224 atau turun 44,9 poin (-0,74%) pada penutupan siang. Dibuka melemah 0,44% ke 6.049,793, indeks acuan utama bursa ini menukik ke level terendah hariannya pada 5.996,407 tepat pukul 09:00 WIB.
Mayoritas saham terkoreksi, yakni sebanyak 324 unit, sedangkan 165 lain menguat, dan 157 sisanya flat. Nilai perdagangan masih tipis, sebesar Rp 6,2 triliun yang melibatkan 14 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 830.000-an kali. Investor asing lagi-lagi mencetak penjualan bersih (net sell) senilai Rp 362,5 miliar.
Saham yang mereka jual terutama adalah saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Astra International Tbk (ASII) dengan nilai penjualan masing-masing sebesar Rp 204,6 miliar dan Rp 33,3 miliar. Keduanya anjlok sebesar 1,1% dan 2,4% ke Rp 3.550 dan Rp 5.175/unit.
Sebaliknya, aksi beli asing masih menimpa saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dengan nilai pembelian bersih masing-masing Rp 38,4 miliar dan Rp 19,8 miliar. Kedua saham tersebut bergerak berlawanan arah dengan reli TLKM sebesar 0,6% dan reli BUKA sebesar 0,6% menjadi Rp 3.500 dan Rp 850/saham.
Dari sisi nilai transaksi, BBRI masih meraja dengan total nilai perdagangan Rp 954,9 miliar diikuti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai Rp 210,9 miliar, dan PT Bank Jago Tbk (ARTO) senilai Rp 190,8 miliar.
Koreksi terjadi mengikuti koreksi bursa Amerika Serikat (AS) di mana Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq kompak terpangkas hingga 1% lebih. Investor mengkhawatirkan dampak ambruknya raksasa properti China Evergrande Group yang nyaris gagal bayar (default).
Pasar juga mengkhawatirkan kegagalan persetujuan untuk memperlonggar batas penarikan utang pemerintah AS, untuk mencegah terhentinya layanan publik karena tak ada pemasukan untuk menggaji para pegawai negeri mereka.
Indeks kecemasan pasar, Cboe Volatility index, melompat ke atas level 26 yang merupakan level tertinggi sejak Mei. Kecemasan terjadi di tengah tren turunnya indeks S&P 500 setiap September rata-rata 0,4% per tahun, menjadi bulan terburuk menurut Almanac terbitan Stock Trader's.
Pasar juga memantau arah kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed). Bos The Fed Jerome Powell sebelumnya telah mengatakan bahwa kebijakan pengurangan pembelian obligasi di pasar itu bisa dijalankan tahun ini tetapi investor menunggu komentar Powell terkait dengan rilis data inflasi dan pengangguran terbaru.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)