
Tak Cuma Pasar Saham, Evergrande Juga Picu Aset Kripto Ambles

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mata uang kripto (cryptocurrency) berkapitalisasi pasar terbesar kembali berjatuhan pada perdagangan Selasa (21/9/2021) pagi waktu Indonesia. Investor di kripto juga merespons negatif dari krisis likuiditas perusahaan raksasa properti China, China Evergrande Group.
Berdasarkan data dari CoinMarketCap pukul 09:45 WIB, kedelapan kripto berkapitalisasi terbesar non-stablecoin kembali bergerak di zona merah pada hari ini.
Bitcoin ambles 7,13% ke level harga US$ 42.761,3/koin atau setara dengan Rp 608.920.912/koin (asumsi kurs hari ini Rp 14.240/US$), ethereum ambruk 6,62% ke level US$ 3.011,72/koin atau Rp 42.886.893/koin, cardano melemah 2,41% ke US$ 2,14/koin (Rp 30.474/koin), binance coin anjlok 8,02% ke US$ 365,49/koin (Rp 5.204.578/koin).
Berikutnya ripple ambrol 5,99% ke US$ 0,9393/koin atau Rp 13.376/koin, solana tergelincir 4,87% ke US$ 139/koin (Rp 1.979.360/koin), polkadot longsor 8,43% ke US$ 29,38/koin (Rp 418.371/koin), dan dogecoin terkoreksi 5,52% ke US$ 0,2111/koin (Rp 3.006/koin).
![]() |
Bitcoin hampir mendekati level psikologis US$ 40.000, di mana saat ini bitcoin sudah berada di kisaran level US$ 42.000.
Pasar kripto, termasuk bitcoin terpantau berjatuhan pada perdagangan pagi ini, karena investor mulai mengurangi selera risikonya di tengah penurunan pasar saham global.
Hal ini karena investor kembali khawatir akan prospek pemulihan ekonomi global yang kembali memudar, setelah adanya krisis likuiditas dari perusahaan raksasa properti China, China Evergrande Group.
Beberapa orang sebelumnya sempat berpikir bahwa bitcoin paling berguna sebagai aset safe haven, tetapi narasi itu bisa berubah karena orang menyadari harganya sering turun dengan penurunan aset berisiko yang lebih luas.
Reli bitcoin sepanjang tahun ini bertepatan dengan reli risk-on. seperti halnya saham, cryptocurrency rentan terhadap penurunan tajam pada bulan September.
"Penjualan ini merupakan kelanjutan dari pola mapan di mana pedagang menguangkan aset berisiko mereka untuk menutupi margin call sampai pasar relatif tenang dan mereka merasa lebih nyaman untuk kembali ke posisi berisiko," kata CEO Valkyrie Investments, Leah Wald mengatakan kepada CNBC International.
"Jika bitcoin pernah memiliki kesempatan untuk memantapkan dirinya sebagai tempat yang aman atau sebagai emas digital, dengan perusahaan AS juga menandakan panggilan pendapatan mereka akan mengungkapkan hasil yang buruk, sekarang terasa seperti waktunya." tambah Wald.
Namun menurut Jim Paulsen, kepala strategi investasi di Leuthold Group, meskipun bitcoin cenderung turun bersamaan dengan pasar berbasis risiko lainnya, namun hal itu tidak berarti bitcoin memiliki korelasi dengan saham dan lebih jauh mengatakan bahwa korelasinya "hampir nol."
"Itu tidak berarti bitcoin tidak bisa turun bersamaan dengan saham, dan saya setuju bahwa itu sering terjadi, tetapi saya pikir itu turun secara berbeda dari saham," kata Paulsen, dikutip dari CNBC International.
"Bagi saya, kripto adalah aset yang sangat beragam dibandingkan dengan sebagian besar hal lain dalam portofolio. Kripto sendiri dapat menyebabkan volatilitas yang lebih rendah, tetapi itu tidak berarti bahwa kripto tidak akan berpartisipasi dalam periode risk-off. Ada perbedaan antara safe haven dan diversifikasi." tambah Paulsen.
Bitcoin sempat diperdagangkan di atas US$ 50.000 pada awal bulan ini, melampaui level resistance psikologis utama bagi trader. Kini, bitcoin berada di bawah rata-rata pergerakan 50 hari di US$ 46.514, di mana level ini dianggap oleh para analis dan trader sebagai level pengujian untuk menentukan akankah bitcoin berbalik naik atau lanjut turun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Libur Tahun Baru Imlek 2023, Apa Kabar Harga Bitcoin Cs?
