Saat IHSG Terpuruk Gegara Evergrande, Rupiah Masih Perkasa
Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus Evergrande membuat sentimen pelaku pasar memburuk pada perdagangan Selasa (21/9). Meski demikian, rupiah masih cukup kuat menahan tekanan dolar Amerika Serikat (AS), bahkan berusaha menguat.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan hari ini dengan stagnan di Rp 14.240/US$. Rupiah kemudian melemah 0,07%, sebelum berbalik menguat 0,04% ke Rp 14.235/US$ pada pukul 10.19 WIB.
Lasus Evergrande yang membuat bursa Asia terpuruk dalam beberapa juga "menyerang" bursa saham AS atau (Wall Street), serta bursa saham Eropa. Investor mengkhawatirkan dampak ambruknya raksasa properti China Evergrande Group yang nyaris gagal bayar (default).
Ketiga indeks utama Wall Street ambrol, indeks Nasdaq memimpin sebesar 2,2%, disusul indeks Dow Jones dan S&P 500 yang masing-masing merosot 1,8% dan 1,7%.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin merosot 0,93%, dan pagi ini kembali ambrol lebih dari 1%.
Dalam kondisi tersebut, dolar AS yang menyandang status safe haven tentunya lebih diuntungkan ketimbang rupiah yang merupakan aset negara emerging market. Tetapi nyatanya rupiah masih cukup kuat pada hari ini.
Ada sedikit kabar baik dari dalam negeri. Untuk wilayah Jawa-Bali sudah tidak ada lagi yang masuk Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4. Hal tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, yang juga memperpanjang PPKM Jawa-Bali hingga 4 Oktober mendatang.
Pemerintah juga melakukan penyesuaian aktivitas masyarakat dalam ketentuan terbaru PPKM yang berlaku hingga dua pekan depan. Salah satunya adalah uji coba pembukaan pusat perbelanjaan/mal bagi anak-anak di bawah 12 tahun.
"Akan dilakukan uji coba pembukaan pusat perbelanjaan mal bagi anak-anak di bawah usia kurang dari usia 12 tahun dengan pengawasan dan pendampingan orang tua," ujar Luhut dalam keterangan pers, Senin (20/9/2021).
Menurut dia, kebijakan itu akan diterapkan di wilayah Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya. Jika berjalan lancar, pelonggaran yang dilakukan pemerintah tentunya bisa memutar roda bisnis lebih kencang.
Selain itu, pelaku pasar kini menanti pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) hari ini. Gubernur BI Perry Warjiyo dan sejawat menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode September 2021 pada 20-21 September. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate tidak berubah
Seluruh institusi yang terlibat dalam konsensus sepakat bulat memperkirakan suku bunga acuan bertahan di 3,5%. Aklamasi, tidak ada dissenting opinion.
Stabilitas rupiah menjadi salah satu alasan BI mempertahankan suku bunga. Apalagi Kamis dini hari waktu Indonesia ada bank sentral AS (The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter, dan bisa memberikan dampak signifikan ke rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)