
Mau Anjlok Sampai Seberapa Parah Kau, Emas?

Faktor utama yang menekan harga emas adalah penguatan nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Pada pukul 05:55 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,03%. Dalam seminggu terakhir, indeks ini naik 0,65%.
Dua aset ini punya hubungan yang berbanding terbalik. Saat dolar AS perkasa, harga emas justru merana.
Ini karena emas adalah komoditas yang dibanderol dalam dolar AS. Ketika dolar AS terapresiasi, maka harga emas jadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan emas turun, harga pun mengikuti.
Penguatan dolar AS ditopang oleh penantian pasar terhadap rapat bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed). Ada ekspektasi Ketua Jerome 'Jay' Powell akan lebih tegas, lebih berani menyampaikan soal rencana pengetatan kebijakan (tapering off) seiring ekonomi Negeri Paman Sam yang mulai bangkit setelah ambruk dihantam pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Tapering akan menyebabkan pasokan dolar AS berkurang, karena The Fed mengurangi suntikan likuiditas (quantitative easing) melalui pembelian surat berharga. Seperti barang, pasokan mata uang yang berkurang membuat 'harga' naik.
"Oleh karena itu, pasar sedang bearish terhadap emas. Beberapa titik support seperti US$ 1.780/troy ons dan US$ 1.750/troy ons sudah tertembus. Mungkin harga emas akan menguji titik support US$ 1.700/troy ons," sebut Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)