Dolar Singapura di Level Termurah 7 Bulan, Covid Makin Gawat?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Senin, 20/09/2021 12:20 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus penyakit virus corona yang melanda Singapura masih terus menanjak, bahkan lebih dari 1.000 per hari kini dinyatakan positif. Alhasil, dolar Singapura yang sebelumnya kuat melawan rupiah kini merosot ke level terendah 7 bulan.

Melansir data dari Refinitiv, pagi ini dolar Singapura turun 0,15% ke Rp 10.526,9/SG$ di pasar spot. Level tersebut merupakan yang terendah sejak 17 Februari lalu. Sebelum hari ini, dolar Singapura sudah merosot dalam 2 hari perdagangan terakhir, masing-masing 0,43% dan 0,27%.

Kemarin, pemerintah Singapura melaporkan penambahan kasus positif penyakit akibat virus corona (Covid-19) sebanyak 1.012 orang, penambahan tertinggi sejak April tahun lalu. Sehari sebelumnya, juga terjadi penambahan sebanyak 1.009 orang.


Alhasil, tingkat keterisian rumah sakit di Singapura kembali meningkat. Pada hari Minggu (19/9), Menteri Kesehatan Singapura, Ong ye Kung, mengatakan uni darurat (A&E) serta perawatan umum sedang berada " di bawah tekanan". Meski demikian kapasitas ICU disebut masih memadai.

Ong juga mengatakan, seandainya vaksinasi tidak dilakukan secara masif, rumah sakit pasti akan kewalahan.

"Tidak ada keraguan seandainya tidak dilakukan vaksinasi yang masif, sistem kesehatan kita pasti sudah kewalahan saat ini," kata Ong, sebagaimana dilansir Channel News Asia.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Singapura (Ministry of Health/MoH) sebanyak 873 orang saat ini dirawat di rumah sakit akibat Covid-19. 118 diantaranya menderita sakit berat dan membutuhkan oksigen, sementara 21 orang dalam kondisi kritis dan dirawat di ICU.

Pemerintah Singapura juga meminta warga yang positif Covid-19 berusia muda dan sudah mendapatkan vaksinasi penuh untuk tidak ke rumah sakit dan melakukan pemulihan di rumah.

Selain melonjaknya kasus Covid-19, dolar Singapura juga mengalami tekanan akibat kinerja ekspor yang mengecewakan. Data yang dirilis Jumat lalu menunjukkan ekspor non-minyak mentah bulan Agustus merosot 3,6% dari bulan sebelumnya (month-on-month/MoM), mematahkan konsensus pertumbuhan 2,4% MoM di Trading Economics.

Sementara jika dilihat dari Agustus 2020 (year-on-year/YoY), ekspor tumbuh 2,7%, jauh di bawah konsensus 8,3% YoY.

Data ekspor yang kurang apik akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negeri Merlion. Sebab ekspor merupakan kontributor terbesar produk domestik bruto (PDB), yakni lebih dari 100%. Singapura menjadi negara dengan rasio ekspor terhadap PDB terbesar di dunia.

Artinya, semakin tinggi pertumbuhan ekspor, maka PDB juga akan terkerek.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Happy Weekend, IHSG & Rupiah Kompak Menguat!