
Ada The Fed, Hawa-hawanya Rupiah Bisa ke Rp 14.000-an/US$

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah bergerak fluktuatif pada pekan lalu melawan dolar Amerika Serikat (AS), meski pada akhirnya mencatat pelemahan 0,18% ke Rp 14.225/US$ dalam sepekan.
Jika melihat pergerakannya, rupiah sebenarnya cukup perkasa, dan berpeluang mencatat penguatan di pekan ini, bahkan ada kemungkinan ke kisaran Rp 14.000an/US$. Tentunya dengan "syarat dan ketentuan berlaku", yakni pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed). Dilihat dari posisi saat ini, level Rp 14.000an/US$ tidak terlalu jauh, dan kali terakhir dicapai rupiah pada akhir Februari lalu.
![]() |
Bank sentral pimpinan Jerome Powell ini akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (23/9) dini hari waktu Indonesia. Rupiah bisa berpeluang menguat tajam di pekan ini jika The Fed mengindikasikan bisa menunda tapering jika diperlukan. Hal itu bisa menjadi game changer yang akan membuat dolar AS terpuruk.
Sebab, Powell sebelumnya, mengindikasikan jika tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) akan tepat dilakukan di tahun ini. Beberapa pejabat elit The Fed juga sudah terang-terangan mengatakan ingin melakukan tapering di bulan November.
Sementara sebanyak 60% dari ekonom dalam survei terbaru Reuters mengatakan The Fed akan melakukan tapering pertama pada bulan Desember.
Tetapi rilis data tenaga kerja yang mengecewakan serta inflasi yang melambat membuat The Fed kini diperkirakan membuka banyak pilihan, tetap melakukan tapering jika pasar tenaga kerja kembali membaik, tetapi juga mempertimbangkan menunda tapering jika diperlukan.
Semuanya akan tergantung pada rilis data ekonomi AS di bulan Oktober nanti. Tetapi, The Fed tentunya harus menyampaikan hal tersebut pada pengumuman kebijakan moneter kali ini, dan hal tersebut dikatakan akan tricky.
"Sulit untuk antusias mulai melakukan tapering jika laju pemulihan pasar tenaga kerja memburuk" kata William English, sebagaimana dilansir Reuters.
English merupakan profesor di Yale School of Management, serta mantan pejabat The Fed yang ikut menginisiasi program pembelian aset di tahun saat krisis finansial global melanda di tahun 2007-2009.
"Mereka (The Fed) ingin melihat lebih banyak data. Dan jika mengecewakan lagi, mereka harus kembali menunggu .... Itu akan menjadi pernyataan yang tricky. Mereka ingin membuka ruang, tetapi tidak berkomitmen, itulah misi mereka," kata English
Artinya, jika benar The Fed memberikan indikasi bisa menunda tapering atau tidak akan terburu-buru melakukan pengurangan quantitative easing dan menunggu lebih banyak data lagi, dolar AS akan terpuruk, dan rupiah bisa melaju kencang di pekan ini.
Selain The Fed, Bank Indonesia juga akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis siang. Artinya, setelah The Fed mengumumkan kebijakannya.
Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode September 2021 pada 20-21 September. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate tidak berubah.
Seluruh institusi yang terlibat dalam konsensus sepakat bulat memperkirakan suku bunga acuan bertahan di 3,5%. Aklamasi, tidak ada dissenting opinion. Stabilitas rupiah masih menjadi alasan utama BI tetap mempertahankan suku bunga acuan 3,5%.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Analisis Teknikal Buka Ruang ke Rp 14.000an/US$
