Internasional

Dicaplok Induk HSMP Rp 21 T, Siapa Emiten Farmasi Vectura?

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
20 September 2021 10:50
Ilustrasi Marlboro. /AP
Foto: Ilustrasi Marlboro. /AP

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar mengejutkan datang dari industri rokok global ketika raksasa rokok AS-Swiss, Philip Morris International (PMI) mencaplok perusahaan farmasi yang bergerak di bisnis produsen inhaler asma, Vectura, yang tercatat di Bursa London.

Terlepas dari kekhawatiran para profesional kesehatan, raksasa produsen rokok seperti Marlboro dan 130 brand lainnya ini berhasil memperoleh dukungan yang cukup dari para pemegang saham untuk mencaplok perusahaan farmasi Inggris yang memproduksi inhaler asma, Vectura.

Philip Morris International (PMI) yang merupakan induk dari PT HM Sampoerna Tbk (HSMP) telah mengambilalih perusahaan farmasi tersebut pada Kamis (16/9/2021), dengan nilai sebesar 1,1 miliar poundsterling atau sekitar US$ 1,5 miliar.

Nilai akuisisi ini setara dengan Rp 21,45 triliun, dengan asumsi kurs Rp 14.300/US$.

Pengambilalihan ini mendapat respons negatif dari berbagai pihak terutama dari kalangan praktisi medis dan kelompok kesehatan seperti Asthma UK dan British Lung Foundation yang mempertanyakan apakah produsen tembakau harus memiliki perusahaan yang dapat menyembuhkan penyakit pernapasan yang salah satu penyebab utamanya karena rokok.

Selain itu beberapa jam setelah disepakati, akademisi ikut memboikot aksi korporasi ini.

Vectura yang semula merupakan sponsor dan peserta konferensi "Formulation and Delivery UK" dihapus dari acara tersebut, yang akan berlangsung pekan ini.

Lalu siapa sebenarnya Vectura, dan mengapa Philip Morris ingin mengambilalih perusahaan ini?

Seperti yang telah dijelaskan di atas Vectura merupakan perusahaan farmasi produsen inhaler asma asal Inggris.

Vectura juga merupakan perusahaan publik yang diperdagangkan di Bursa Ffek London (LSE) dan merupakan anggota konstituen FTSE250 indeks. Ini berarti Vectura termasuk perusahaan terbesar ke 101 hingga 350 yang melantai di bursa London, yang mana 100 perusahaan terbesar tergabung dalam indeks lain yaitu FTSE100.

Vectura termasuk perusahaan small cap di bursa London dengan nilai kapitalisasi pasar per 17 September 2021 sebesar £ 986,59 juta atau setara dengan Rp 19,39 triliun (kurs Rp 19.652/£).

Vectura awalnya didirikan sebagai perusahaan rintisan dengan segmen bisnis farmasi pada 1997 dan memfokuskan diri untuk menjadi pengembang terapi inhalasi untuk pengobatan penyakit pernapasan.

Situs resmi perusahaan mencatat dalam lebih dari 20 tahun beroperasi, teknologi perangkat dan keahlian pengembangan inhalasi telah berkontribusi pada keberhasilan 13 obat pernapasan.

Sejak diluncurkan, Vectura mengklaim telah menghasilkan US$ 11 miliar atau setara dengan Rp 157,3 triliun (kurs 14.300/US$) dalam penjualan dan pada tahun 2020 digunakan oleh 10 juta pasien di seluruh dunia.

Berdasarkan laporan keuangan tahun 2020, Vectura mampu memperoleh pendapatan sebesar £190,6 juta (Rp 3,75 triliun), naik 6,9% dari tahun sebelumnya sebesar £178,3 juta (Rp 3,50 triliun).

Sedangkan nilai EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) yang disesuaikan meningkat hingga 41,7% menjadi £61,5 juta dari sebelumnya £43,4 juta. Laba per saham dasar tercatat sebesar 20,5 pence.

Berdasarkan data dari Department for Business, Innovation & Skills Inggris, pada tahun 2010 lalu anggaran riset Vectura hanya sebesar £ 36,4 juta atau Rp 715 miliar, berada di peringkat 19 di antara perusahaan farmasi dan bioteknologi lain asal Inggris.

Anggaran ini jauh lebih kecil dari raksasa farmasi dan bioteknologi Inggris seperti GlaxoSmithKline (GSK) yang mencapai £ 3,63 miliar atau Rp 71 triliun dan AstraZeneca sebesar £ 2,74 miliar atau Rp 54 triliun.

Meskipun bukan merupakan perusahaan farmasi kelas satu di Inggris, akan tetapi bisnisnya yang menawarkan solusi dan memproduksi perangkat kesehatan untuk membantu penyakit pernafasan memperoleh ketertarikan khusus dari PMI.

Pihak PMI mencatat pembelian Vectura oleh PMI adalah langkah strategis perusahaan, bagian dari rencana jangka panjang untuk mengembangkan produk "bebas asap rokok" dan beralih menjadi perusahaan "kesehatan".

Chief Executive Phillip Morris, Jacek Olczak berpendapat bahwa mengakuisisi Vectura adalah salah satu bagian terpenting dari strateginya untuk mencapai visinya memasarkan produk "Beyond Nicotine".

Olczak mengatakan bahwa Phillip Morris akan memberikan para ilmuwan Vectura sumber daya dan keahlian untuk mencapai visinya dan menghasilkan sekitar US$ 1 miliar atau setara Rp 14,3 triliun pendapatan bersih dari produk "Beyond Nicotine" pada tahun 2025 mendatang.

Merespons pengumuman tersebut Asthma UK dan British Lung Foundation mengatakan mereka telah mengirim surat yang bertujuan untuk mendesak pemerintah setempat terkait konflik kepentingan yang mungkin timbul. Surat itu ditandatangani bersama oleh 35 badan amal, pakar kesehatan masyarakat, dan dokter.

Pimpinan British Lung Foundation mengatakan pemerintah harus menjaga komitmen berdasarkan kerangka Konvensi Pengendalian Tembakau WHO semi mencegah kesepakatan ini terlaksana.

Sebelum menerima tawaran PMI, Vectura juga sempat berusaha dipinang oleh perusahaan manajemen investasi AS, Carlyle Group, dengan tawaran £958 juta atau sedikit lebih kecil dari angka yang diajukan PMI.

Dilaporkan Finansial Times, Direksi Vectura sebenarnya sempat beberapa kali berpindah pihak selama proses penawaran.

Ketika tawaran Carlyle adalah yang tertinggi, manajemen mengatakan perusahaan "mungkin punya posisi lebih baik di bawah kepemilikan Carlyle".

Sedangkan ketika tawaran PMI mengalahkan Carlyle, manajemen berkata "pemangku kepentingan secara luas dapat memperoleh manfaat dari sumber daya keuangan PMI yang signifikan".

Selain PMI, pemegang saham Vectura lainnya termasuk Brown Capital, JPMorgan Securities, Morgan Stanley Securities, AXA Investment Managersdan The Vanguard Group.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Raih Laba Rp 67 T, Induk HMSP Jualan 40 Miliar Rokok di RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular