Analisis

Cetak Rekor Dagang, Ini Emiten-emiten Penguasa Ekspor RI

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
16 September 2021 16:45
Ilustrasi Ekspor- Impor

Jakarta, CNBC Indonesia - Komoditas sawit (termasuk crude palm oil/CPO) dan batu bara tercatat menjadi dua di antara sejumlah penopang utama pertumbuhan ekspor Indonesia selama Agustus 2021. Kenaikan harga komoditas di era commodity boom ini menjadi pendorong nilai ekspor komoditas sepanjang bulan lalu.

Pada Rabu (15/9/2021), Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi ekspor US$ 21,42 miliar, melonjak 20,95% dibandingkan Juli 2021 (month-to-month/mtm). Sementara ekspor naik 64,1% dari Agustus 2020 (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari konsensus pasar sebesar 36,1%. Ini adalah nilai ekspor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia merdeka.

Ekspor CPO, misalnya, melonjak 62,1% secara mom dan 168,3% secara yoy atau tahunan menjadi US$ 4,05 miliar pada bulan Agustus di tengah volume penjualan yang lebih tinggi dan harga yang meningkat (6,8% secara bulanan). Kemudian, ekspor batu bara tumbuh 22,01% secara bulanan.

Sementara, nilai impor Indonesia pada Agustus 2021 mencapai US$ 16,68 miliar atau naik 10,35% jika dibandingkan realisasi Juli 2021 (month to month/bulanan) dan naik 55,26% jika dibandingkan realisasi Agustus 2020 (year on year/tahunan). Ini adalah yang tertinggi sejak November 2018.

Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2021 kembali membukukan surplus sebesar US$ 4,74 miliar, menorehkan rekor tertinggi sepanjang masa. Menurut catatan CNBC Indonesia, rekor sebelumnya tercipta pada Desember 2006 yaitu US$ 4,64 miliar.

Lantas, pertanyaannya, emiten batu bara dan sawit mana saja yang mempunyai nilai ekspor yang besar per semester I 2021?

Di bawah ini Tim Riset CNBC Indonesia akan membahas secara singkat emiten-emiten batu bara dan sawit yang tercatat rajin melakukan ekspor.

Catatan saja, lantaran sejumlah emiten--baik batu bara maupun sawit--besar tidak melaporkan rincian nilai penjualan ekspor di laporan keuangan (lapkeu) perusahaan semester I 2021, Tim Riset tidak memasukkan emiten-emiten tersebut dalam pembahasan.

Adapun emiten-emiten besar yang dimaksud, seperti emiten batu bara pelat merah PT Bukit Asam Tbk (PTBA), emiten batu bara PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), serta emiten sawit Grup Astra PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).

Mari kita bahas secara ringkas satu per satu mulai dari batu bara.

Emiten eksportir batu bara semester I-2021Foto: Emiten eksportir batu bara semester I-2021
Emiten eksportir batu bara semester I-2021

Apabila menilik data Bursa Efek Indonesia (BEI) di atas, terdapat 5 emiten batu bara dengan nilai ekspor terbesar selama paruh pertama 2021.

Emiten Grup Bakrie PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mencatatkan nilai penjualan ekspor batu bara konsolidasi tertinggi di antara lainnya, yakni US$ 1,79 miliar. Porsi ekspor batu bara BUMI juga terbilang tinggi, yakni 79%, dibandingkan dengan total pendapatan konsolidasi perusahaan per semester I 2021 yang sebesar US$ 2,26 miliar.

Di sisi lain, apabila menilik porsi nilai penjualan ekspor terhadap total penjualan perusahaan, emiten batu bara milik taipan Dato' Low Tuck Kwong BYAN adalah jawaranya.

Persentase nilai penjualan ekspor BYAN sebesar 92,74% atau sebesar US$ 949,36 juta dibandingkan total pendapatan perusahaan yang senilai US$ 1,02 miliar. Dengan kata lain, BYAN sangat mengandalkan penjualan ekspor untuk mendongkrak kinerja fundamental perusahaan.

Mari beralih ke emiten sawit Tanah Air.

3 Emiten Sawit yang Mencatatkan Penjualan Ekspor per Semester I 2021

Kode Emiten

Penjualan Ekspor Semester I-21

Total Penjualan Semester I-21

Persentase Penjualan Ekspor (%)

SMAR

Rp 10,69 T

Rp 23,79 T

44.96

SIMP

Rp 1,53 T

Rp 8,96 T

17.13

DSNG

Rp 570,61 M

Rp 3,30 T

17.31

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI)

Menurut penelusuran cepat terhadap laporan keuangan 10 emiten sawit terbesar sepanjang semester I 2021, hanya ada 3 emiten yang memberikan rincian nilai ekspor produk sawit.

Sementara, sisanya ada yang tidak mencantumkan detail nilai ekspor--seperti AALI--atau malah total penjualannya untuk pasar domestik, seperti emiten sawit milik konglomerat Theodore Permadi (TP) Rachmat PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG).

Apabila menilik data di atas, emiten sawit Grup Sinar Mas PT SMART Tbk (SMAR) memiliki total nilai ekspor sawit terbesar di antara yang lainnya, yakni sebesar Rp 10,69 triliun atau setara dengan 44,96% dari total pendapatan perusahaan sepanjang semester I tahun ini yang mencapai Rp 23,79 triliun.

Dari 3 emiten di atas, tampak jelas bahwa ketiganya masih mengandalkan penjualan di pasar domestik.

Lebih lanjut, emiten Grup Salim PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dan emiten Grup Triputra PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) memiliki persentase nilai penjualan ekspor terhadap total penjualan perusahaan yang cenderung sama, yakni masing-masing 17,13% dan 17,31%.

Menurut riset Bahana Sekuritas yang dirilis pada Rabu (15/9), surplus neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2021 menjadi pendorong utama kinerja mata uang rupiah yang menguat baru-baru ini, yang mana perusahaan minyak sawit (crude palm oil/CPO) tampaknya menjadi konverter valuta asing terbesar dalam beberapa bulan terakhir.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, kinerja ekspor Indonesia yang moncer ditopang oleh lonjakan harga komoditas atau commodity boom yang memainkan peran besar, khususnya untuk CPO.

Ekspor CPO melonjak 62,1% secara mom dan 168,3% secara yoy atau tahunan menjadi US$ 4,05 miliar pada bulan Agustus di tengah volume penjualan yang lebih tinggi dan harga yang meningkat (6,8% secara bulanan).

Menurut catatan Bahana, sebagian besar pengiriman CPO dikirim ke India, yakni melonjak sekitar 84% mom tau setara dengan 850 ribu mt (metrik ton) seiring tingkat stok yang rendah dan bea masuk yang lebih tinggi dari perkiraan pasar.

"Tren ini kemungkinan akan berlanjut di beberapa bulan mendatang, menurut Solvent Extractors Association dan kami memprediksi persediaan berada di level terendah secara historis pada bulan Juli di 170 ribu mt," kata Bahana.

Menurut data BPS yang dikutip Bahana, komoditas besi-baja dan timah mencatat lompatan besar masing-masing 56,3% dan 11,4% secara bulanan, yang mendorong ekspor manufaktur (20,7% mom dan 52,6% yoy).

Ekspor pertambangan juga meningkat sebesar 27,2% mom lantaran penjualan batubara yang tinggi sebesar 22,0% secara bulan berkat peningkatan permintaan dan kenaikan harga sebesar 11,0%.

"Kami memprediksi ekspor tetap kuat, selaras dengan perbaikan PMI [Purchasing Managers' Index] dan kenaikan harga komoditas yang berkelanjutan," imbuh Bahana.

Kenaikan Impor Jadi Sinyal Pemulihan Ekonomi

Di sisi lain, kenaikan impor selama Agustus 2021 menjadi sinyal pemulihan ekonomi RI.

Seperti yang telah disebutkan di atas, impor mencapai US$ 16,7 miliar sepanjang Agustus, naik 10,3% secara mom dan 55,2% yoy.

Impor manufaktur juga meningkat, dengan pertumbuhan dua digit yang kuat dalam pembelian barang modal domestik, yakni sebesar 16,4% mom dan 34,5% yoy dan bahan baku (8,4% m-m dan 59,6% y-y).

Menurut data BPS yang disitir Bahana, impor barang industri dan peralatan elektronik yang masing-masing tumbuh 16,7% dan 9,7% secara bulanan masing-masing, menandakan pemulihan ekonomi yang kuat ke depan.

Sementara, impor barang konsumsi pada Agustus 2021 mencapai US$ 1,89 miliar atau naik 16,34% dibandingkan Juli 2021 dan naik 58,23% dibandingkan Agustus 2020. Kenaikan ini sebagian karena impor buah yang melonjak, naik 84,3% secara bulanan.

Sebelumnya, pihak BPS sendiri menjelaskan, impor pada Agustus menggambarkan terjadinya kebutuhan industri yang semakin bagus, karena bahan baku/penolong dan barang modal meningkat.

"Menandakan permintaan industri bagus dan barang modal menggambarkan kebutuhan kapasitas industri juga makin bagus," jelas kepala BPS Margo Yuwono.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular