Bos PTPN Ungkap Beratnya Bisnis Teh, Fokus ke Kopi Arabika

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
16 September 2021 14:30
Hari yang cerah para petani mulai bekerja memetik daun teh di kawasan Pasir Jambu, Bandung, Jawa Barat. Teh merupakan satu dari 15 komoditas utama dan unggulan perkebunan Indonesia.



Jawa Barat merupakan produsen teh terbesar di Indonesia. Sekitar 70% produksi teh nasional berasal dari provinsi ini.


Jawa Barat menjadi lokasi pengembangan perkebunan teh karena daerahnya yang subur, udaranya sejuk, dan topografinya yang bergunung-gunung yang sangat cocok untuk tanaman teh.



Kebun teh dikawasan ini tak hanya dikelola badan usahan namun terdapat juga kebun teh rakyat. Kebun teh rakyat merupakan budidaya yang diusahakan secara mandiri oleh masyarakat tanpa berbentuk badan usaha. 


Setiap pagi para petani sudah sibuk beraktivitas untuk memetik dan dikumpulkan di wadah yang  dipikul sambil menggunting daun-daun teh terbaik di perkebunan tersebut.


Menurut mereka dalam sehari mereka dapat memetik sebanyak 1 kwintal dari perkebunan teh rakyat ini dan dibawa ke pabrik untuk diolah



Disela sela aktivitas memetiknya, para petani tersebut berkumpul untuk beristirahat diselingi canda gurau untuk menghilangkan letihnya.


Produksi teh dalam negeri beberapa tahun terakhir cenderung melandai karena penyusutan areal perkebunan. 

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, produksi daun teh kering dalam negeri bergerak fluktuatif dalam 5 tahun terakhir. Produksi tertinggi daun teh kering sebanyak 154.369 ton yang terjadi pada 2014.

Dalam kurun 18 tahun terakhir, jumlah ekspor teh berkurang lebih dari separuh. Dari 105.581 ton pada 2000 menjadi 49.038 ton pada 2018.



Peringkat Indonesia sebagai negara pengekspor teh turun cukup banyak dari urutan ke-5 di dunia pada 2004 menjadi peringkat ke-12 pada 2018.

(CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi perkebunan teh (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hasil perkebunan sawit dan tebu menjadi komoditas utama pemberi pendapatan terbesar dari Holding Perkebunan Nusantara. Namun, komoditas lain juga mulai dibesarkan oleh kumpulan perusahaan negara yang bergerak pada bidang hasil kebun ini, seperti teh dan kopi.

Hanya saja dua komoditas itu sedang mengalami tekanan karena konsumsi yang berkurang imbas pandemi Covid-19. Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama PTPN III Holding Muhammad Abdul Ghani.

"Adanya pandemi ini kegiatan minum-minum berkurang, volume turun dan tertekan," katanya dalam Squawk Box CNBC Indonesia, Kamis (16/9/2021).

Gani juga menjelaskan untuk, komoditas teh memang sudah bermasalah dari 20 tahun lalu. Di mana harga jual teh lebih rendah ketimbang harga pokok produksi. Makanya, selain menunggu momentum pemulihan ekonomi sehingga konsumsi mulai menanjak, ada beberapa langkah aksi korporasi yang dilakukan.

Mulai dari penataan ulang bisnis teh, seperti membagi bisnis teh yang berada di dataran tinggi untuk dipertahankan. Sementara untuk yang berada di dataran rendah akan dipadukan dengan bisnis model baru seperti pariwisata atau kombinasi perkebunan dengan destinasi wisata.



Sementara untuk untuk meningkatkan pendapatan perusahaan PTPN yang mengurusi kopi, bisnis model baru yang akan terapkan ada konversi tanaman pada kebun.

"Kopi kita fokus pada arabika. Jadi nanti yang robusta akan dikonversi ke tanaman tebu. Jadi di Jawa itu nanti ada 22 hektare tanaman karet dan kopi kita konversi ke tebu sebagai program gula nasional," katanya.

"Sementara untuk yang Arabika akan kita kembangkan di Ijen, kualitas kita perbaiki hingga biaya bisa turun dan kita lakukan optimalisasi di sana," katanya.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Erick Thohir: Kita Jangan Terjebak Impor-impor Terus!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular