
Di DPR, Bos BP Jamsostek Buka-bukaan Capaian Iuran-Investasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan (BP Jamsostek) Anggoro Eko Cahyo mengungkapkan dampak pandemi Covid-19 terhadap penerimaan iuran dan juga hasil investasi perusahaan pada tahun pandemi ini.
Dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR RI, Rabu (15/8/2021), Anggoro mengatakan pencapaian total iuran dalam 3 tahun terakhir dengan perincian:
- Desember 2018: Rp 65,1 triliun
- Desember 2019: Rp 73,43 triliun
- Desember 2020: Rp 73,26 triliun.
"Kalau kita lihat posisi Agustus Rp 50,32 triliun. Kami melihat untuk iuran masih on track. Artinya sampai dengan akhir tahun prognosa kami masih sesuai dengan target yang ditetapkan yaitu Rp 76,58 triliun. Ini untuk kinerja iuran," kata Anggoro.
Kemudian untuk klaim, perincian dalam 3 tahun terakhir adalah:
- Desember 2018: Rp 27,6 triliun
- Desember 2019: Rp 29,7 triliun
- Desember 2020: Rp 36,45 triliun
"Sampai dengan Agustus Rp 26,14 triliun. Kami melihat untuk klaim ini prognosa kami melebihi dari estimasi semula besarnya klaim tahun 2021. Hal ini disebabkan adalah dengan banyaknya pengangguran dan keluar dari pekerjaan, maka klaim JHT [jaminan hari tua] meningkat," kata Anggoro.
"Yang kedua dampak Covid-19 klaim jaminan kematian juga meningkat dan yang terakhir tahun ini juga kita sudah memulai program beasiswa dua orang anak untuk santunan bagi kematian. Ini salah satu indikator peningkatan ini terjadi," lanjutnya.
Sementara terkait dana investasi yang dikelola dalam tiga terakhir dengan perincian:
- Desember 2018: Rp 364 triliun
- Desember 2019: Rp 431 triliun
- Desember 2020: Rp 487 triliun.
"Untuk dana investasi kami melihat masih on track sehingga hingga akhir tahun prognosa kami Rp 549 triliun atau sedikit di atas target 2021 542,41 triliun," ujar Anggoro.
Bagaimana dengan hasil investasi?
Berikut adalah posisi 3 tahun terakhir:
- Desember 2018: Rp 27,29 triliun
- Desember 2019: Rp 29,1 triliun
- Desember 2020: Rp 32,33 triliun
"Di tahun ini sampai dengan Agustus Rp 22,35 triliun. Kami melihat prognosa sampai akhir tahun dengan kondisi market saat ini dengan tingkat suku bunga yang juga rendah progosa kami sampai akhir tahun Rp 33,24 triliun."
"Masih lebih tinggi dibandingkan Desember 2020 namun memang masih di bawah target yang ditetapkan di akhir tahun Rp 37,4 triliun," kata Anggoro.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mau Cut Loss Saham, Bos BP Jamsostek: Kami Butuh Payung Hukum
