
Rupiah Berayun Antara Menguat dan Melemah, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berayun antara penguatan dan pelemahan hingga pertengahan perdagangan Selasa (14/9). Rupiah sedang mendapat tenaga dari dalam negeri, sementara isu tapering masih membatasi penguatan rupiah.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.250/US$, setelahnya langsung melemah tipis 0,04% ke Rp 14.255/US$. Level tersebut menjadi yang terlemah hingga siang ini, setelahnya berbalik menguat 0,07% ke Rp 14.240/US$.
Pada pukul 12:00 WIB, rupiah kembali stagnan di Rp 14.250/US$.
Rupiah mendapat tenaga setelah pemerintah kemarin kembali melonggarkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Tempat wisata di daerah dengan PPKM level 3 diizinkan buka, begitu juga dengan bioskop di Jawa-Bali.
Dengan pelonggaran tersebut, roda bisnis tentunya berputar lebih cepat, dan berdampak baik bagi perekonomian Indonesia.
Pelaku pasar kini juga menanti data neraca dagang Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan kinerja perdagangan internasional Indonesia periode Agustus 2021 besok.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 36,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Sementara impor diperkirakan tumbuh lebih tinggi yakni 44,29% yoy. Namun neraca perdagangan 'diramal' masih surplus US$ 2,32 miliar.
Faisal Rachman, Ekonom Bank Mandiri, menilai kinerja ekspor masih cukup baik di tengah tantangan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Apalagi ada ancaman virus corona varian delta yang jauh lebih mudah menular dari sebelumnya. Varian delta kini sudah menyebar ke lebih dari 100 negara dan menyebabkan kenaikan kasus positif maupun kematian.
"Permintaan dari negara-negara mitra dagang utama masih kuat. Selain itu, kenaikan harga komoditas, terutama batu bara, juga sangat membantu ekspor Indonesia," sebut Faisal dalam risetnya.
Meski sedang mendapat tenaga, penguatan rupiah tertahan isu tapering. Wall Street Journal beberapa waktu lalu melaporkan jika pejabat elit The Fed berkeinginan untuk melakukan tapering di bulan November.
Di sisa perdagangan hari ini, rupiah berpeluang kembali ke zona hijau, terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih kuat siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan tadi pagi.
Periode | Kurs Pukul 8:45 WIB | Kurs Pukul 11:54 WIB |
1 Pekan | Rp14.246,00 | Rp14.239,9 |
1 Bulan | Rp14.283,00 | Rp14.275,0 |
2 Bulan | Rp14.335,00 | Rp14.319,0 |
3 Bulan | Rp14.382,00 | Rp14.365,0 |
6 Bulan | Rp14.504,00 | Rp14.496,0 |
9 Bulan | Rp14.656,00 | Rp14.643,0 |
1 Tahun | Rp14.808,00 | Rp14.798,1 |
2 Tahun | Rp15.462,20 | Rp15.445,8 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
