Soal IHSG Jeblok, Wapres: Peluang Investor Milenial Masuk!
Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin ikut mengomentari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), indeks acuan Bursa Efek Indonesia (BEI), yang saat ini masih berada pada tren melemah alias bearish.
Data BEI mencatat, IHSG hingga saat ini belum mampu menembus level psikologis 6.200. Bahkan pada awal perdagangan Senin ini (13/9), IHSG anjlok lagi 0,60% di 6.058. Dalam sebulan terakhir, IHSG terkoreksi 1,32% meskipun investor asing tercatat masuk Rp 5,5 triliun.
Menurut Wapres, penurunan indeks saham menjadi kesempatan bagi investor baru untuk masuk menjadi bagian dari investor pasar modal.
Apalagi di tengah implementasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) saat pandemi berlangsung dan tren digitalisasi membuat kalangan muda lebih punya kesempatan lagi menjadi investor pasar modal.
"Selama pandemi, pembatasan mobilitas, namun dengan dukungan teknologi digital keuangan telah memberikan peluang bagi masyarakat menjadi bagian dari pelaku pasar modal," kata Wapres dalam acara Sharia Webinar- Kelompok Studi Pasar Modal, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) melalui konferensi video dari Kediaman Resmi Wapres, Jl. Diponegoro No.2, Jakarta Pusat, Sabtu (11/09/2021).
"Penurunan indeks menjadi peluang bagi investor baru, termasuk ritel, di mana mayoritas adalah kalangan milenial, pelajar, mahasiswa, dengan jumlah mencapai 54% dari total investor pasar modal," jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Wapres juga menyinggung soal penetrasi pasar modal syariah di BEI yang sejauh ini belum mencerminkan potensi pasar yang begitu besarnya.
Menurut Wapres, meskipun sudah ada kaidah yang menguatkan kehalalan pasar modal syariah, dia mencermati, tidak membuat masyarakat Muslim berinvestasi di sektor tersebut.
Merujuk data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sampai dengan Juni 2021, jumlah kepemilikan efek saham syariah berdasarkan Nomor Tunggal Identitas Pemodal atau Single Investor Identification (SID) sebanyak 991.000 SID atau tumbuh 36,48% dalam waktu 6 bulan.
Kendati demikian, jumlah SID kepemilikan efek saham syariah masih sekitar 18% dari total SID pasar modal yang mencapai 5,5 juta SID.
Sedangkan dari sisi kapitalisasi pasar, Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) pada 30 Juni 2021 mencapai Rp 3.352 triliun atau hampir separuh dari kapitalisasi pasar saham Indonesia sebesar Rp 7.100 triliun.
"Jika dilihat dari potensi masyarakat Muslim Indonesia, tentu jumlah ini sangat kecil sekali, oleh karena itu melalui pemahaman dan literasi terhadap keuangan syariah sedari dini, dari usia pelajar dan mahasiswa tentu akan menjadi modal bagi pertumbuhan dan pengembangan pasar modal syariah di masa mendatang," ucap Wapres optimistis.
Namun, Wapres tetap mengingatkan bahwa investasi di pasar modal mengandung resiko, sehingga harus meningkatkan pemahaman terhadap risiko-risiko yang ada.
Wapres mengimbau kepada seluruh mahasiswa untuk mulai berinvestasi sejak dini dalam bentuk dan jumlah sekecil apapun. Ia juga mengingatkan untuk memberikan pemahaman mengenai investasi keuangan syariah kepada masyarakat.
"Berinvestasi di perusahaan nasional, salah satu cara berpartisipasi dalam memajukan perekonomian domestik. Namun memahami setiap bentuk instrumen dan risiko investasi juga menjadi keharusan," imbau Wapres.
"Digitalisasi telah memberikan kemudahan bagi semua orang untuk berinvestasi, sehingga menjadi tanggung jawab kita bersama memberikan pemahaman terhadap investasi keuangan syariah kepada masyarakat," pungkasnya.
Patut diketahui, katanya, untuk mempertegas hal-hal yang dilarang dan tidak sesuai dengan syariah dalam pasar modal syariah, MUI melalui Fatwa Nomor 80 Tahun 2011, memberikan pedoman tentang kegiatan-kegiatan yang dilarang dan bertetangan dengan prinsip syariah.
Beberapa di antaranya tadlis (menyembunyikan kecacatan produk), taqrir (mempengaruhi orang lain dengan kebohongan), tanjusy/najsy (menawar dengan harga tinggi dengan kesan banyak yang membeli untuk membohongi masyarakat), dan ikhtikar (memborong barang saat orang banyak membutuhkan untuk memperoleh keuntungan, menimbun barang).
Berikutnya ghisysy (menonjolkan keunggulan produk dan menyembunyikan cacat produk), ghabn (ketidakseimbangan objek pertukaran dalam satu akad), bai alma'dum (menjual barang yang belum dimiliki atau short selling), dan riba.
Wapres juga menyoroti adanya fenomena pompom (aksi giring) saham yang belakangan banyak terjadi dan dilakukan para influencer saham di pasar modal Indonesia.
Untuk itu dia mengimbau agar investor pasar modal jangan sampai terbawa dengan aksi tersebut.
"Jangan terjebak dengan produk keuangan yang naik karena adanya aksi 'pompa' oleh sekelompok orang, atau saat ini marak dengan fenomena menggunakan influencer," katanya.
(tas/tas)