
Joss! Rupiah Nyaris Tembus Rp 14.200/US$ Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah akhirnya kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) setelah tidak pernah mencicipi zona hijau dalam 2 hari terakhir. Hingga pertengahan perdagangan Jumat (10/9/2021) rupiah mampu mempertahankan penguatan, bahkan nyaris menembus ke bawah Rp 14.200/US$ lagi.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.250/US$. Setelahnya, rupiah menguat hingga 0,28% ke Rp 14.210/US$, yang menjadi level terkuat hari ini. Penguatan rupiah terpangkas hingga 0,21% pada pukul 12:00 WIB berada di Rp 14.220/US$.
Indeks dolar AS yang sebelumnya menguat dalam 2 hari beruntun berbalik melemah Kamis kemarin, dan berlanjut hari ini. Sebabnya, bank sentral AS (The Fed) yang ditikung oleh bank sentral Eropa (ECB) dalam melakukan tapering atau pengurangan nilai program pembelian obligasi (quantitative easing/QE).
Hingga saat ini, belum ada kepastian kapan The Fed akan melakukan tapering, padahal isunya sudah muncul beberapa bulan terakhir.
Sementara ECB dalam beberapa bulan terakhir adem ayem masalah program QE. Tetapi, pada Kamis kemarin, bank sentral pimpinan Chirstine Lagarde ini malah mengumumkan tapering, mendahului The Fed.
Inflasi yang tinggi di zona euro 3% dan berada di level tertinggi satu dekade kemudian pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 yang cukup kuat 2% membuat ECB mengurangi nilai pembelian asetnya atau yang dikenal dengan Pandemic Emergency Purchase Program (PEPP), meski tidak menyebutkan berapa nilainya.
"Berdasarkan penilaian bersama tekait kondisi finansial dan outlook inflasi, Dewan Gubernur memutuskan untuk melanjutkan program PEPP dengan menurunkan nilainya secara moderat dibandingkan dua kuartal sebelumnya," tulis pernyataan ECB sebagaimana dikutip CNBC International, Kamis (9/9/2021).
Presiden ECB, Christine Lagarde, dalam konferensi persnya mengatakan keputusan tersebut diambil dengan suara bulat.
Dalam dua kuartal sebelumnya, nilai pembelian aset ECB sebesar 80 miliar euro per bulan, selanjutnya para analis memprediksi nilainya akan turun menjadi 70 miliar euro hingga 60 milar euro.
Dampak dari keputusan ECB tersebut, euro menguat melawan dolar AS. Indeks dolar AS yang sebelumnya menguat 2 hari beruntun berbalik melemah kemarin, yang pada akhirnya membuat rupiah mampu menguat hingga siang ini.
Di sisa perdagangan hari ini, rupiah masih akan mampu mempertahankan penguatan melihat pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih kuat siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi. Bahkan, tidak menutup kemungkinan menembus RP 14.200/US$.
Periode | Kurs Pukul 8:54 WIB | Kurs Pukul 11:54 WIB |
1 Pekan | Rp14.255,50 | Rp14.208,1 |
1 Bulan | Rp14.269,80 | Rp14.246,0 |
2 Bulan | Rp14.340,50 | Rp14.293,8 |
3 Bulan | Rp14.382,00 | Rp14.337,7 |
6 Bulan | Rp14.528,00 | Rp14.473,5 |
9 Bulan | Rp14.664,00 | Rp14.619,3 |
1 Tahun | Rp14.837,00 | Rp14.773,3 |
2 Tahun | Rp15.418,00 | Rp15.447,6 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
