Ada "Taper Tantum Mini", Rupiah Akhirnya Masuk Zona Merah

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam 2 hari terakhir rupiah sama sekali tidak pernah mencicipi zona merah melawan dolar Amerika Serikat (AS). Tetapi pada perdagangan hari ini, Rabu (8/9/2021) beda ceritanya, rupiah langsung masuk ke zona merah begitu perdagangan dibuka akibat adanya "taper tantrum mini"
Begitu bel perdagangan berbunyi, rupiah langsung melemah 0,14% ke Rp 14.230/US$. Depresiasi Mata Uang Garuda kemudian bertambah menjadi 0,24% ke Rp 14.245/US$ pada pukul 9:13 WIB, melansir data Refinitiv.
Isu tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) masih menjadi salah satu penggerak utama rupiah. Penguatan tajam rupiah sejak pekan lalu tidak lepas dari ekspektasi bank sentral AS (The Fed) baru akan melakukan tapering pada akhir tahun ini, bahkan mungkin mundur hingga tahun depan.
Tapering pernah terjadi pada tahun 2013, saat itu pasar finansial global bergejolak yang disebut taper tantrum. Yield obligasi AS (Treasury) kala itu naik tajam, aliran modal keluar dari negara emerging market menuju Amerika Serikat, dolar AS menjadi sangat perkasa, aset-aset lain rontok.
Kemarin, terjadi "taper tantrum mini". Yield Treasury tenor 10 tahun melesat lebih dari 5 basis poin ke 1,3766% yang merupakan level tertinggi sejak pertengahan Juli lalu. Alhasil, indeks dolar AS melesat 0,52%, artinya the greenback menguat cukup tajam.
Bursa saham AS (Wall Street) terpuruk. Harga emas dunia ambrol hingga 1,6%, bitcoin bahkan ikut jeblok hingga 10%.
"Taper tantrum mini" tersebut akhirnya membuat rupiah melemah di awal perdagangan hari ini.
Selain itu, daya tarik dolar AS ternyata masih cukup besar. Hal tersebut terlihat dari posisi beli bersih (net long) yang dilaporkan Commodity Futures Trading Commission (CFTC) Jumat lalu. Posisi net long dolar AS naik menjadi US$ 10,98 miliar dalam sepekan yang berakhir 31 Agustus. Posisi tersebut menjadi yang tertinggi sejak Maret 2020.
Sementara itu rupiah kemarin sempat menyentuh Rp 14.170/US$, level terkuat sejak 10 Mei. Melihat posisinya tersebut dan penguatan tajam belakangan ini, maka wajar memicu aksi ambil untung (profit taking) yang membuat rupiah melemah.
Rupiah sedang dinaungi sentimen positif sejak awal pekan ini. Pemerintah kembali melonggarkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), kemudian kemarin Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa melonjak mencatat rekor US$ 144,8 miliar di bulan Agustus.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Rupiah Terpuruk Saat Dolar AS Lesu, kok Bisa?
(pap/pap)