
DBS Rekomendasi Re-Buy Saham Komoditas, Simak Prospeknya!

1. Minyak mentah (Brent)
Seiring mulai diperlonggarnya kebijakan pembatasan wilayah (lockdown) di beberapa negara dan pengurangan produksi minyak di antara negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya (OPEC+) telah menyebabkan pasar minyak mentah dunia semakin ketat pada tahun ini.
Persediaan minyak global telah surut ke bawah level rata-rata 5 tahun terakhir, menandakan kelebihan minyak yang disebabkan oleh lockdown akibat penyebaran wabah Covid-19.
![]() |
Namun, DBS memperkirakan harga rata-rata minyak mentah acuan Brent akan tetap tinggi di kisaran level US$ 65/barel - US$ 70/barel hingga tahun 2022, karena penarikan persediaan kemungkinan akan berlanjut seiring pulihnya permintaan.
Walaupun begitu, tren harga minyak dalam jangka panjang kemungkinan masih akan lebih rendah, karena tren permintaan melambat, disebabkan dari masa transisi energi global yang sedang berlangsung, dari sebelumnya energi fosil ke energi baru dan terbarukan (EBT).
Tetapi, DBS memperkirakan harga minyak acuan Brent akan bertahan di atas level harga US$ 60/barel.
2. Batu Bara (New Castle)
Indeks harga batu bara Newcastle naik dua kali lipat menjadi US$ 90/ton pada sekitar Mei dan kini bahkan telah melonjak lagi di atas US$ 175/ton, dari sebelumnya di level terendahnya pada November 2020. Melesatnya harga batu bara acuan didorong oleh meredanya restocking musim dingin di China.
Di lain sisi, tekanan harga batu bara sepertinya masih akan terjadi dalam jangka pendek, karena adanya penurunan produksi batu bara di Indonesia akibat musim penghujan yang lebih lama terjadi pada tahun ini.
![]() |
Target belanja modal dan produksi batubara sebagian besar mendatar atau bahkan lebih rendah pada tahun ini dan dapat membatasi pasokan di masa depan sejalan dengan potensi penurunan permintaan. Hal ini dapat menciptakan keseimbangan harga batu bara baru di sekitar US$ 70/ton di masa depan.
China saat ini menjadi negara pengimpor batu bara terbesar untuk mengantisipasi risiko gangguan pasokan luar negeri, di tengah pandemi Covid-19 yang masih merebak di hampir seluruh dunia.
3. Minyak Sawit (Malaysia)
Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) acuan di bursa Malaysia mulai pulih dan melesat hingga 250% sejak pandemi Covid-19 mulai merebak pada Maret 2020.
Kini, harganya telah menyentuh level rekor tertinggi sepanjang masanya di RM 4.500/Ton. DBS memperkirakan harga CPO di level tertinggi dapat bertahan untuk sementara waktu, di tengah masih ketatnya permintaan dan penawaran.
![]() |
Sementara untuk harga minyak nabati lainnya, yakni kedelai juga kembali pulih dan memberikan sokongan yang kuat untuk harga CPO. Namun harga CPO sendiri masih berada di bawah sedikit dari harga minyak kedelai, yakni di bawah US$ 300/ton.
DBS pun memperkirakan bahwa harga minyak kedelai acuan akan melesat ke level US$ 617/ton pada akhir tahun 2021.
Selain merekomendasikan harga komoditas acuan itu sendiri, DBS juga merekomendasikan saham-saham terkait komoditas pada tahun ini.
Berikut rekomendasi DBS di saham-saham pertambangan terkait komoditas acuan.
![]() Saham Komoditas |
Terkhusus bagi saham-saham di Indonesia, DBS merekomendasikan 'buy' saham pertambangan batu bara PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
Di saham ADRO, DBS merekomendasikan buy dengan Target Price (TP) di harga Rp 1.600/unit, dengan potential upside sebesar 38%. Sementara di saham ITMG, DBS merekomendasikan buy di harga TP Rp 16.000/unit, dengan potential upside sebesar 25%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)[Gambas:Video CNBC]
