Apakah Rights Issue BBRI Bakal Bikin Cuan? Cek Analisa Ini

dob, CNBC Indonesia
03 September 2021 17:07
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Aksi korporasi Rights Issue PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebagai bagian dari pembentukan Holding BUMN Ultra Mikro sudah mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2021.

Prospektus rights issue menyebutkan setiap pemegang satu miliar saham lama BBRI berhak untuk mendapat 230.128.553 HMETD yang dapat ditukarkan menjadi 1 saham BBRI di harga Rp 3.400/unit.

Artinya harga tebus ini lebih 'murah' dibandingkan harga saham BRI yang pada perdagangan akhir pekan Jumat (3/9/2021) berada di angka Rp 3.930/saham.

Tak hanya berpotensi menambah saham BBRI di harga murah, sejatinya banyak potensi tersembunyi dari aksi korporasi perbankan Pelat Merah terbesar di Indonesia ini.

Salah satunya yakni selain dapat mengkoleksi BBRI di harga murah, dari segi valuasi nantinya pasca RI, mengingat harga tebus BBRI berada di atas nilai buku per sahamnya, maka nilai buku BBRI akan melesat kencang

Naiknya nilai buku BBRI tentunya akan menyebabkan valuasinya dengan menggunakan metrik PBV akan semakin murah sehingga adanya potensi tambahan pembeli baru pasca RI karena PBV yang lebih menarik yang tentunya dapat mengerek harga sahamnya.

Memang belum diketahui secara pasti seberapa besar nilai buku BBRI akan naik karena angka ini tentunya akan sangat bergantung terhadap kesuksesan pengumpulan dana RI, akan tetapi apabila berasumsi bahwa seluruh HMETD berhasil diserap oleh pasar, maka nilai buku BBRI akan terbang dari angka Rp 1.597/unit menjadi Rp 1.933/unit.

Hal ini akan menyebabkan valuasinya semakin murah yakni dari PBV sebesar 2,46 kali menjadi PBV sebesar 2,03 kali. Dengan asumsi valuasi pasar untuk saham BBRI yang sama di angka 2,46 kali, BBRI berpotensi melesat 21,12% pasca RI ke level Rp 4.760/unit.

Selain itu aksi korporasi RI dalam bentuk inbreng 2 perseroan Pelat Merah yakni PNM dan Pegadaian ini juga ditawarkan dengan valuasi yang cukup murah dimana kedua perseroan diinbrengkan dengan nilai wajar PBV rata-rata 1,8 kali. Ini artinya para investor untuk aksi korporasi kali ini diberi kesempatan untuk 'membeli' PNM dan Pegadaian di harga wajar cenderung murah dari Pemerintah.

Terakhir dan yang paling penting tentunya adalah aksi korporasi ini dananya digunakan untuk berekspansi dimana sinergi antara ketiga perusahaan dalam satu holding ultra mikro ini akan sangat dinanti.

Sinergi-sinergi baru akan diciptakan dari akuisisi ini dimana perseroan akan mampu mencapai pertumbuhan kredit yang lebih lagi pasca akuisisi disokong oleh PNM dan Pegadaian yang sudah jago ahli di bidang pembiayaan sektor ultramikro.

Selanjutnya biaya kredit (cost of credit) akan turun karena perseroan nantinya akan mampu menggabungkan database klien ketiga perusahaan. Biaya operasi juga nantinya akan dapat ditekan karena digitalisasi dan pengabungan kantor.

Terakhir, cost of finance Pegadaian dan PNM akan mampu ditekan karena mempunyai induk perbankan kuat seperti BBRI. Nantinya Pegadaian dan PNM tak perlu lagi menerbitkan obligasi untuk menghimpun dana seperti yang sudah-sudah.

Dengan adanya aksi korporasi ini, aset BBRI berpotensi untuk melejit kencang. Per Q2 2021 saat ini aset BBRI tercatat sebesar Rp 1.451 triliun nantinya pascaaksi korporasi aset BBRI berpotensi melejit ke angka Rp 1.555 triliun atau kenaikan sebesar 7,16%. Angka ini tentunya belum termasuk potensi dana segar yang dihimpun dari investor publik yang juga akan meningkatkan aset BBRI.

Selanjutnya setelah aksi korporasi ini laba bersih perseroan juga berpotensi meningkat dari posisi Q2 2021 di angka Rp 12,5 triliun menjadi Rp 14,5 triliun atau melesat 16%.

Angka ini tentunya belum memperhitungkan potensi sinergi antara ketiga perseroan dimana dalam publikasi yang diterbitkan oleh perusahaan disebutkan beberapa potensi sinergi yang akan menguntungkan ketiga perusahaan Pelat Merah tersebut.

Dengan adanya aksi korporasi ini, nasabah BBRI berpotensi untuk melejit. Dari publikasi perseroan per Juni 2021 BBRI memiliki 120 juta nasabah tabungan dan 13 juta nasabah pinjaman. Sedangkan menurut rilis Pegadaian, entitas finansial tersebut memiliki 17 juta nasabah, terakhir PNM memiliki nasabah sebanyak 9 juta orang.

Dengan adanya tambahan nasabah dari Pegadaian dan PNM yang akan dilayani oleh BRI maka total nasabah BRI akan mencapai 159 juta nasabah atau meningkat 19,5%. Meskipun demikian tentunya ada kemungkinan nasabah BRI, Pegadaian, dan PNM beririsan alias merupakan individu yang sama.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 84% HMETD Sudah Dieksekusi, BRI Genggam Modal Baru Rp 80,9 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular