Rupiah Lagi Kuat-kuatnya, eh Ada Capital Outflow

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Jumat, 03/09/2021 13:03 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Laju penguatan rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) tertahan hingga pertengahan perdagangan Jumat (3/9/2021). Sebabnya, capital outflow yang kemungkinan terjadi akibat munculnya virus corona varian terbaru yang membuat investor asing berhati-hati.

Melansir data dari Refintiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat tipis 0,04%, kemudian menguat 0,14% di Rp 14.250/US$. Level tersebut merupakan yang terkuat dalam 10 pekan terakhir, sayangnya rupiah mentok di sana.

Pada pukul 12:00 WIB, penguatan rupiah terpangkas menjadi 0,04% di Rp 14.265/US$.


Capital outflow terjadi di pasar saham dan obligasi sejak Kamis kemarin. Di pasar saham, kemarin terjadi outflow sebesar Rp 112 miliar, dan di perdagangan sesi I hari ini Rp 7 miliar.

Sementara itu di pasar obligasi, yield Surat Berharga Negara (SBN) mengalami kenaikan tajam. Kemarin yield SBN tenor 10 tahun naik 5,7 basis poin, menjadi kenaikan pertama setelah turun dalam 7 hari beruntun. Hari ini, yield tersebut naik lagi 1,4 basis poin ke 6,127%.

Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Ketika yield naik artinya harga sedang turun. Saat harga sedang turun berarti ada aksi jual, dan kemungkinan oleh investor asing. Sehingga terjadi capital outflow di pasar obligasi.

Adanya virus corona varian baru yang disebut Mu membuat investor asing berhati-hati menanamkan modalnya. Apalagi di negara emerging market yang memiliki risko lebih tinggi, serta vaksinasi yang masih rendah.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), virus corona Mu berpeluang untuk bisa lolos dari kekebalan tubuh jika sebelumnya pernah terinfeksi maupun divaksinasi. Varian ini pertama kali ditemukan di Colombia. Namun saat ini sudah menyebar ke setidaknya 39 negara.

Bagaimana perkembangan ke depannya tentunya akan terus diamati oleh pelaku pasar, sebab penyebaran virus corona delta saja masih berisiko membuat perekonomian global melambat, apalagi jika corona Mu ikut menyebar luas.

Sementara itu pemerintah juga sudah bersiap menghadapi corona Mu. Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso mengatakan berdasarkan informasi yang dia dapatkan, saat ini varian Mu tersebut sudah ditemukan di kawasan Asia, yakni di Jepang dan Hong Kong.

"Kami di Bappenas diberi mandat dan ditugasi oleh negara untuk menyusun ini, dan harus mempertimbangkan hal ini. Karena bagaimanapun juga faktor-faktor strategi internasional dan faktor lingkungan harus menghitungkan langkah-langkah itu," jelas Suharso dalam pertemuan dengan media di kantornya, Kamis (2/9/2021).

Oleh karena itu, Suharso dalam paparannya menyebutkan terjadi adanya potensi gelombang ketiga di Indonesia. Namun, pemerintah berharap penularan gelombang ketiga bisa diantisipasi jika masyarakat patuh menjalani protokol kesehatan.

Di sisa perdagangan hari ini, rupiah masih akan kesulitan mempertebal penguatan. Hal tersebut terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.

PeriodeKurs Pukul 8:54 WIBKurs Pukul 11:54 WIB
1 PekanRp14.223,00Rp14.236,2
1 BulanRp14.272,00Rp14.283,5
2 BulanRp14.310,30Rp14.317,4
3 BulanRp14.355,50Rp14.367,0
6 BulanRp14.504,00Rp14.513,1
9 BulanRp14.658,00Rp14.647,3
1 TahunRp14.773,30Rp14.805,4
2 TahunRp15.498,90Rp15.485,5

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS