Kurs Dolar Australia Rebound hingga 2,5%, Apa Resepnya?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 September 2021 13:30
Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Australia masih melanjutkan tren positif melawan rupiah pada perdagangan Jumat (3/9/2021), hingga mencapai level tertinggi sejak pertengahan Agustus. Laju penguatan tersebut terbilang impresif, sebab sebelumnya mata uang Negeri Kanguru ini berada di level terendah sejak November 2020.

Pada pukul 11:12 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.560,38, dolar Australia menguat 0,02% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Penguatan tersebut memang tipis, tetapi jika dilihat dalam 2 pekan terakhir dolar Australia sudah melesat nyaris 2,5%.

Kunci penguatan dolar Australia yakni rencananya dibukanya lockdown dan hidup berdampingan dengan virus corona.

Untuk saat ini lockdown di wilayah Melbourne memang diperpanjang hingga 23 September mendatang, tetapi pemerintah Australia sudah memiliki rencana membuka kembali perekonomian, dan hidup berdampingan dengan virus corona.

Pekan lalu, pemerintah Australia mengumumkan rencana membuka lockdown tersebut, dengan syarat vaksinasi sudah mencapai 70% hingga 80%.

Perpanjangan lockdown di Melbourne sendiri ditujukan untuk mempercepat vaksinasi, tidak lagi berfokus pada menekan penyebaran virus corona. Melbourne ditargetkan mencapai vaksinasi 70% pada 23 September mendatang.

Sementara itu, negara bagian New South Wales menargetkan vaksinasi 70% dicapai pada pertengahan bulan Oktober.

Ketika lockdown perlahan dibuka, maka perekonomian akan kembali berputar dan pertumbuhan ekonomi bisa bangkit kembali.

Di kuartal II-2021, pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari produk domestik bruto (PDB) Australia melambat. Biro Statistik Australia melaporkan PDB di kuartal II-2021 tumbuh 0,7% dari kuartal sebelumnya yang tumbuh 1,9%. Lockdown yang dilakukan Australia di beberapa negara bagian guna meredam penyebaran virus corona dalam beberapa bulan terakhir menjadi biang kerok melambatnya pertumbuhan ekonomi.

Penurunan tersebut memang tajam, tetapi masih lebih baik dari proyeksi analis yang disurvei Reuters sebesar 0,5%. Artinya, dampak lockdown tidak separah yang diperkirakan analis, alhasil dolar Australia menguat.

Sementara itu jika dibandingkan kuartal II tahun lalu, PDB tumbuh 9,6%. Memang tinggi, tetapi karena low base effect, dimana tahun lalu perekonomian Australia jeblok di masa awal pandemi.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular