Mayoritas Bursa Asia Menguat, KOSPI Ambruk, IHSG Loyo!

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
02 September 2021 17:02
A currency trader walks by the screens showing the Korea Composite Stock Price Index (KOSPI), left, and the foreign exchange rate between U.S. dollar and South Korean won at the foreign exchange dealing room in Seoul, South Korea, Tuesday, Dec. 10, 2019. Asian stock markets have fallen as investors look ahead to interest rate decisions by U.S. and European central bankers and possible American tariff hike on Chinese imports.  (AP Photo/Lee Jin-man)
Foto: Bursa Korea (KOSPI). (AP Photo/Lee Jin-man)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia kembali ditutup menguat pada perdagangan Kamis (2/9/2021), di tengah mulai melambatnya data aktivitas manufaktur China versi Caixin/Markit periode Agustus 2021.

Indeks Nikkei Jepang ditutup menguat 0,33% ke level 28.543,51, Hang Seng Hong Kong tumbuh 0,24% ke 26.090,43, Shanghai Composite China melesat 0,84% ke 3.597,04, dan Straits Times Singapura naik tipis 0,03% ke 3.088,84.

Sementara untuk indeks KOSPI Korea Selatan dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada perdagangan hari ini. Indeks KOSPI ditutup ambles 0,97% ke level 3.175,85, sedangkan IHSG berakhir melemah 0,21% ke posisi 6.078,23.

Pasar saham Korea Selatan (Korsel) ditutup ambles nyaris 1% pada hari ini, setelah pemerintah setempat merilis data final pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua tahun ini, di mana secara basis kuartalan (quarter-on-quarter/QoQ), ekonomi Korea Selatan mengalami kontraksi.

Berdasarkan data dari Trading Economics, pertumbuhan ekonomi Negeri Ginseng yang tergambarkan pada Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II-2021 tercatat turun menjadi 0,8% secara kuartalan (QoQ), dari sebelumnya pada kuartal I-2021 sebesar 1,9%.

Hal ini kemungkinan karena melonjaknya kembali kasus Covid-19 di Negeri Ginseng sepanjang kuartal I tahun ini akibat penyebaran varian Delta yang lebih menular.

Walaupun secara basis kuartalan mengalami kontraksi, namun secara basis tahunan (year-on-year/YoY), PDB Korsel justru mengalami pertumbuhan, bahkan menjadi yang tercepat dalam satu dekade terakhir.

PDB Korsel pada kuartal II-2021 tercatat tumbuh signifikan menjadi 6% secara tahunan (YoY), dari sebelumnya pada periode yang sama tahun 2020 sebesar 1,9%.

Sementara itu, indeks harga konsumen (IHK) Korea Selatan periode Agustus bertahan di puncaknya dalam sembilan tahun terakhir, meningkatkan kemungkinan bank sentral Negeri Ginseng tersebut akan menaikkan suku bunga lagi tahun ini karena permintaan yang kuat dan menyebabkan tekanan harga makin bertambah.

IHK Korsel pada Agustus tahun ini tercatat masih sebesar 2,6% secara tahunan (YoY). Sedangkan secara bulanan (month-on-month/MoM), IHK Korsel tercatat naik menjadi 0,6%.

Terlepas dari amblesnya pasar saham Korea Selatan pada hari ini, investor di Asia masih cenderung optimis, dilihat masih menguatnya mayoritas pasar saham Asia, meskipun data aktivitas manufaktur China mulai melambat.

Sebelumnya pada Rabu (1/9/2021) kemarin, Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) sektor manufaktur China per Agustus versi Caixin/Markit berada di angka 49,2.

Angka di atas 50 dalam indeks PMI menunjukkan ekspansi, sedangkan di bawah itu menunjukkan kontraksi.

Dari kabar vaksin virus corona (Covid-19), Moderna dan Takeda Pharmaceutical pada Rabu kemarin mengumumkan akan menarik produk vaksinnya setelah ditemukan kontaminasi baja anti karat di dalamnya.

Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), kontrak berjangka (futures) indeks saham AS terpantau menguat tipis pada perdagangan hari ini.

Investor di seluruh dunia memantau rilis slip gaji yang akan dikeluarkan pada Jumat, di mana ekonom dalam polling Dow Jones memprediksi 720.000 slip gaji baru diterbitkan, dengan angka pengangguran 5,2%.

Data tersebut bakal ikut menentukan kelanjutan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam percepatan pengurangan nilai pembelian surat surat berharga di pasar sekunder.

Pernyataan bank sentral akhir-akhir ini mengindikasikan akan melakukan kebijakan pengurangan laju pembelian surat berharga bulanan, atau biasa disebut kebijakan tapering, selama pasar tenaga kerja terus bertumbuh.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular