
Waspada! Sejarah Mencatat, September Bursa Saham Longsor

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah melesat selama 7 bulan beruntun, bursa saham Wall Street berpotensi untuk terkoreksi di bulan September yang memiliki reputasi sebagai bulan terburuk dalam setahun bagi pasar modal.
Menurut CFRA, indeks acuan S&P 500 mencetak kinerja positif hanya 45% saja sejak Perang Dunia Pertama. Secara rerata, di bulan September indeks acuan bursa Paman Sam terkoreksi 0,56% dan menjadi bulan yang terburuk dibanding bulan lainya, dimana selain September bulan yang memiliki rata-rata koreksi hanyalah bulan Februari.
Meskipun demikian, para analis masih belum sepakat apakah akan tiba koreksi di bulan ini, akan tetapi resiko koreksi ini terus meningkat. Apalagi mengingat perubahan kebijakan The Fed dan melesatnya kasus Covid-19 varian Delta di AS.
Menurut analis Charles Swabb, Liz Ann Sonders, akan terlalu sederhana untuk berasumsi bahwa market akan mengikuti sejarah. Menurutnya banyak alasan dan resiko tambahan yang dapat menyebabkan indeks terkoreksi 3% hingga 4% di bulan September.
Koreksi di bulan September bahkan lebih parah jika terjadi di tahun pertama Presiden baru. Secara rerata S&P 500 terkoreksi 0,73% di periode ini. Statistik juga mencatat apabila indeks mencetak rekor tertinggi terbaru sepanjang sejarah pada bulan Juli dan Agustus seperti yang terjadi tahun ini, indeks acuan secara rata-rata tumbang 0,74%.
Indeks S&P 500 terbang hampir 3% bulan lalu dan ditutup di hari terakhir cukup stagnan. Sejak awal tahun indeks S&P 500 sudah terbang 20,4%.
September sendiri memang bulan yang cukup beresiko dimana tingkat pengangguran bulan Agustus akan dirilis Jumat depan, dimana angka ini akan menentukan apakah pada tanggal 22 September nanti The Fed akan mulai menjalankan rencana pengurangan pembelian aset tahun ini.
Bulan ke-9 ini juga diatribusikan sebagai bulan dimana masyarakat kembali ke kehidupan normalnya dimana anak-anak sudah kembali sekolah pasca libur sehingga tingkat pengangguran dapat ditekan karena orangtua yang menjaga anak kembali bekerja setelah anaknya masuk sekolah sehingga tingkat subsidi dapat turun.
Meskipun demikian penyebaran virus Corona varian delta kembali menyebabkan pasar cemas akan ketidakpastian ekonomi dimana perusahaan-perusahaan menunda pembukaan kembali bisnis.
Resiko lain di bulan September ini termasuk rilis data inflasi. Indeks Harga Konsumen akan dirilis tanggal 14 September nanti dimana tentunya apabila inflasi kembali melambung maka imbal hasil obligasi akan melesat yang tentunya merupakan sentimen buruk bagi pasar modal.
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tarif Impor Trump Bikin Wall Street Cemas