Bye Bye Taper Tantrum! Rupiah Melesat ke Bawah Rp 14.400/US$
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah perkasa di awal pekan ini melawan dolar Amerika Serikat (AS). Sebabnya, ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell, yang untuk sementara sukses meredam terjadinya taper tantrum.
Melansir data Refintiv, begitu bel perdagangan berbunyi, rupiah langsung menguat 0,17% ke Rp 14.390/US$. Apresiasi rupiah kemudian bertambah hingga 0,35% ke Rp 14,365/US$ pada pukul 9:97 WIB.
Sebelumnya, rupiah kesulitan menguat melawan dolar AS akibat kemungkinan terjadinya tapering di tahun ini.
Tapering pernah terjadi di tahun 2013 dan hasilnya tidak baik bagi pasar finansial global. Saat itu terjadi, aliran modal keluar dari negara emerging market dan kembali ke Amerika Serikat. Pasar finansial global menjadi bergejolak, yang disebut taper tantrum. Rupiah saat itu terus mengalami tekanan hingga di tahun 2015.
Maka wajar pelaku pasar berhati-hari dan membuat rupiah sulit menguat. Tetapi, dalam simposium Jackson Hole Jumat pekan lalu, Powell sukses meredam terjadinya taper tantrum.
Powell sepakat dengan mayoritas koleganya jika tapering "akan tepat dilakukan di tahun ini. Meski demikian, pasar saham AS (Wall Street) justru menguat merespon penyataan tersebut, yang berarti direspon positif oleh pelaku pasar dan mengalirkan investasinya ke aset berisiko.
Artinya, langkah The Fed untuk terus mengkomunikasikan tapering dengan pasar efektif meredam gejolak yang mungkin terjadi seperti di tahun 2013, atau yang dikenal dengan istilah taper tantrum.
Selain itu, The Fed juga menyatakan saat tapering selesai artinya sudah tidak ada lagi QE, hal tersebut bukan berarti langkah The Fed selanjutnya akan menaikkan suku bunga.
"Waktu mengurangi pembelian aset tidak berarti menjadi pertanda waktu kenaikan suku bunga. Keduanya merupakan hal yang berbesar secara substansial," kata Powell dalam pertemuan Jackson Hole.
Artinya, suku bunga kemungkinan masih akan ditahan di rekor terendah 0,25% dalam beberapa waktu ke depan setelah QE selesai. Hal tersebut lagi-lagi memberikan sentimen positif ke aset-aset berisiko, tetapi tidak untuk dolar AS.
Pada perdagangan Jumat lalu, indeks dolar AS merosot 0,4%, dan selama sepekan anjlok 0,87% yang tentunya membuka peluang rupiah menguat di awal pekan ini.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Kondisi Saat Ini Lebih Baik Dari 2013
(pap/pap)