Jakarta, CNBC Indonesia - 'Bulan madu' reli kenaikan saham global tampaknya hampir berakhir, yang kemudian akan mengalami kenaikan terbatas dan koreksi yang kemungkinan akan terjadi pada akhir tahun ini.
Hal tersebut terungkap dalam laporan jajak pendapat analis Reuters terbaru, Kamis (26/7/2021).
Melansir Reuters, saham global telah pulih lebih dari 90% setelah anjlok sangat dalam selama gelombang pertama pandemi COVID-19, mengacu pada indeks ekuitas dunia MSCI ACWI yang melacak performa saham di 50 negara.
Namun, saat ini reli penguatan saham-saham tersebut sedang berjuang mempertahankan lajunya.
Penyebaran virus COVID-19 varian Delta dan rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) untuk mengurangi pembelian asetnya (tapering off) kemungkinan akan membuat pasar ekuitas terkena turbulensi selama beberapa bulan mendatang.
"Katalis musim pendapatan [korporasi] yang positif sekarang ada di belakang kita, yang berarti beberapa [sentimen] negatif makro sedang meluas ke ekuitas," kata Emmanuel Cau, kepala strategi ekuitas Eropa di Barclays di London, kepada Reuters, dikutip CNBC Indonesia, Jumat (27/8/2021).
Namun, jelas Cau, dalam jangka menengah, pertumbuhan ekonomi/pendapatan yang tangguh dan kelebihan likuiditas kemungkinan akan tetap menjadi penggerak pasar yang dominan.
"Hal ini akan terus mendorong mentalitas 'beli saat harga turun' (buy the dip), meskipun investor mungkin tetap dalam mode wait and see. untuk saat ini, mengingat kurangnya koreksi yang berarti dalam 12 bulan terakhir."
Pekan lalu, saham-saham dunia mengalami penurunan terbesar sejak Juni, tetapi telah pulih dari hampir semua kerugian tersebut.
Akan tetapi, hampir dua pertiga analis yang menjawab pertanyaan tambahan Reuters--66 dari 107--mengatakan, adanya kemungkinan koreksi di pasar ekuitas global pada akhir tahun. 41 analis sisanya mengatakan tidak mungkin.
"Situasi fundamental masih sangat mendukung bahkan jika pasar bersukacita dan bangkit dengan kuat. Namun, momentum ekonomi terkuat sedang memuncak, yang mengarah ke medan yang agak lebih tidak pasti," jelas Tomas Hildebrandt, manajer portofolio senior di Evli Bank di Helsinki.
Menurut pandangan median lebih dari 250 analis ekuitas yang diambil pada 11-24 Agustus, hampir semua dari 17 indeks yang disurvei diperkirakan akan mempertahankan kenaikan dua digit yang dibuat sepanjang tahun ini.
 Foto: Reuters Saham |
Namun, hasil yang masih belum pasti terkait dana pengeluaran fiskal yang diajukan senilai US$ 3,5 triliun di AS dan ancaman inflasi yang tinggi yang memaksa bank sentral untuk menarik kembali langkah-langkah stimulus kemungkinan akan mengurangi sentimen risk-on yang telah ada.
Secara sederhana, risk-on adalah sentimen positif ketika investor berani ambil risiko dengan menggunakan modal mereka untuk membeli saham dan instrumen berimbal hasil tinggi lainnya.
"Pasar sekarang didorong oleh sejumlah besar stimulus pemerintah dan suku bunga rendah. Tapi itu tidak bisa bertahan selamanya," ujar Dan Morgan, manajer portofolio senior di Synovus Trust di Atlanta.
Semua, kecuali dua indeks, diperkirakan akan diperdagangkan di sekitar level saat ini atau naik kurang dari 4% pada akhir tahun ini. Kendati demikian, analis meningkatkan ekspektasi mereka untuk hampir semua bursa ekuitas dari jajak pendapat Mei di seluruh horizon polling.
Meskipun sejumlah bank sentral global sedang bersiap-siap mengakhiri langkah-langkah stimulus yang diberlakukan pada puncak pandemi lalu, analis memperkirakan pendapatan perusahaan akan bertahan, seiring mulai pulihnya ekonomi global.
Hampir 90% analis--97 dari 110 yang menjawab pertanyaan tambahan--mengatakan pendapatan perusahaan selama 12 bulan ke depan akan meningkat. Sementara 7 memprediksi pendapatan perusahaan akan tetap sama, 6 sisanya mengatakan pendapatan akan turun.
Jika proyeksi analis terwujud, hanya indeks Nikkei Jepang (.N225) yang diperkirakan akan mengungguli ekspektasi kenaikan tahun ini pada 2022 mendatang.
Sementara, indeks acuan S&P 500 (.SPX), yang mencapai rekor tertinggi lainnya pada hari Selasa waktu AS--yang ke-50 sepanjang tahun ini--diperkirakan akan mengakhiri tahun di sekitar level yang sama dan kemudian naik 5% lagi pada akhir 2022.
Proyeksi median juga memprediksi reli di ekuitas pasar berkembang (emerging markets/EM) akan mereda pada awal tahun depan.
"Kami menduga imbal hasil yang rendah merupakan faktor kunci yang mendukung kenaikan valuasi pasar ekuitas tahun lalu, yang mendorong harga saham EM," jelas Thomas Mathews, ekonom pasar di Capital Economics di London.
"Kami tidak mengharapkan adanya keuntungan besar dalam ekuitas EM selama beberapa tahun ke depan, bahkan ketika ekonomi mereka [EM] pulih dari dampak pandemi," pungkas Thomas.
Menurut penjelasan di website MSCI, MSCI ACWI Index dirancang untuk mewakili kinerja dari saham-saham berkapitalisasi besar dan menengah di 23 negara maju dan 27 pasar negara berkembang. Pada Juni 2021, indeks ini mencakup lebih dari 2.900 konstituen di 11 sektor.
 Foto: Reuters Saham |
TIM RISET CNBC INDONESIA