Analisis

Trio Saham BUMN Diborong Asing, Apa Katalisnya?

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
25 August 2021 15:25
telkom indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah ramainya investor asing masuk ke bursa RI sejak awal tahun ini, tercatat setidaknya tiga saham emiten BUMN yang paling banyak mencatatkan beli bersih (net buy) asing.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu ini (25/8/2021) per sesi I, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah naik 2,19% secara year to date (ytd) ke posisi 6.111,274. Seiring dengan penguatan IHSG tersebut, asing melakukan aksi beli bersih Rp 9,35 triliun di pasar reguler dan beli bersih Rp 8,06 triliun di pasar negosiasi dan tunai secara year to date.

Adapun, tiga saham pelat merah yang paling banyak diborong asing secara ytd adalah emiten telekomunikasi PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), emiten perbankan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI).

Berikut kinerja saham dan besaran net buy asing di ketiga saham tersebut.


Mengacu pada data di atas, saham TLKM menjadi yang paling banyak dikoleksi asing dengan capaian net buy Rp 5,3 triliun. Seiring dengan itu, harga saham TLKM juga naik 1,81% secara ytd ke Rp 3.370/saham.

Besarnya minat investor asing ke saham TLKM memang cukup beralasan, lantaran emiten ini memiliki fundamental yang baik dan prospek yang cerah. Apalagi, Telkom menjadi 'raja' pasar telekomunikasi di Tanah Air saat ini.

Mengenai kinerja terbaru, TLKM mencatatkan perolehan laba bersih sebesar Rp 6,01 triliun pada kuartal pertama 2021, naik 2,59% dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 5,86 triliun. Bahkan secara tahunan (annualized) tercatat laba bersih TLKM melesat 15,71%.

Mengacu laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan, pada periode 3 bulan pertama di tahun ini, Telkom membukukan pendapatan senilai Rp 33,94 triliun.

Sepanjang tahun ini, Telkom juga getol menjalin kerja sama untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Pada akhir Juli lalu, misalnya, pihak Telkom mengaku saat ini tengah dalam pembicaraan dengan perusahaan perjalanan luar angkasa dan komunikasi milik Elon Musk, SpaceX.

Kerja sama ini rencananya akan berkisar mengenai pemanfaatan satelit untuk jasa komunikasi, yakni untuk meningkatkan konektivitas digital di seluruh wilayah Indonesia.

Telkom juga masuk ke bisnis data center, seiring dengan potensi bisnis di sektor ini di tengah akselerasi ekonomi digital yang kian cepat.

Pada bulan lalu, Telkom juga mengumumkan kerja sama dengan Etisalat Group, perusahaan telekomunikasi Uni Emirat Arab (UEA) dan akan berinvestasi senilai US$ 100 juta atau setara Rp 1,45 triliun (kurs Rp 14.500/US$) di bisnis data center. Investasi tersebut akan dilakukan di Nongsa Digital Park, Batam, Kepulauan Riau.

Tidak hanya itu, TLKM juga melakukan penetrasi ke sejumlah startup-startup Tanah Air lewat anak usahanya MDI Ventures dan TMI (Telkomsel Mitra Inovasi). Startup-startup raksasa yang masuk ke dalam portofolio anak usaha TLKM adalah fintech Kredivo dan decacorn GoTo.

BBRI

Kedua, di bawah saham TLKM, ada saham bank pelat merah BBRI yang diborong asing sebanyak Rp 3,7 triliun sejak awal tahun. Namun, saham BBRI malah ambles 6,95% ke Rp 3.880/saham secara ytd.

Terbentuknya holding BUMN Ultra Mikro (UMi) dengan BBRI sebagai induknya dinilai akan menjadi suntikan optimisme bagi investor untuk lebih mengapresiasi saham bank dengan jaringan terluas di Tanah Air tersebut.

Seperti diketahui, BRI mendapatkan persetujuan rights issue dengan mekanisme Penambahan Modal Dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) alias rights issue, dari mayoritas pemegang saham pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 22 Juli lalu. Dalam aksi korporasi ini, BRI menawarkan sebanyak-banyaknya 28,677 miliar saham baru Seri B.

Pemerintah akan melaksanakan seluruh haknya sesuai dengan porsi kepemilikan sahamnya dalam BRI dengan cara penyetoran saham dalam bentuk lain selain uang (Inbreng) sesuai PP No. 73/2021. Seluruh saham Seri B milik Pemerintah dalam PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM akan dialihkan kepada BRI melalui mekanisme inbreng.

Bila ditotal hasil inbreng dan optimalisasi dana segar yang diraup dari publik, aksi korporasi BRI diperkirakan bernilai hampir Rp100 triliun. Dana hasil dari aksi korporasi itu diantaranya akan dimanfaatkan oleh BRI untuk pembentukan Holding BUMN UMi bersama kedua BUMN tersebut.

Mengenai kinerja fundamental, BBRI membukukan laba bersih konsolidasi mencapai Rp 12,54 triliun di semester I-2021, naik 22,94% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 10,20 triliun.

Sementara itu, dari sisi laba bersih yang diatribusikan kepada entitas pemilik BRI sebesar Rp 12,47 triliun di semester I-2021, atau naik 22,49% secara tahunan dari periode yang sama tahun lalu Rp 10,18 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan publikasi di media massa, BBRI membukukan pertumbuhan pendapatan bunga bersih 29,15% secara tahunan menjadi Rp 47,14 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp 36,50 triliun

BMRI

Ketiga, saham BMRI juga mencatatkan nilai net buy asing yang besar secara ytd, yakni Rp 1,3 triliun. Seperti saham BBRI, masuknya asing ke BMRI tampaknya tidak serta-merta mendorong harga saham BMRI lantaran secara ytd saham ini turun 5,93%.

Investor tampaknya mempertimbangkan fundamental Bank Mandiri yang bagus untuk mengoleksi saham ini, di samping rencana-rencana perusahaan lainnya.

Bank Mandiri mencatatkan kinerja finansial yang positif di akhir Juni 2021 yang terlihat pada pencapaian laba bersih tumbuh 21,45% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 12,5 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp 10,29 triliun.

Kenaikan laba bersih ini terutama disokong oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 21,50% YoY menjadi Rp 35,16 triliun, serta pertumbuhan pendapatan berbasis jasa (fee based income) sebesar 17,27% YoY menjadi Rp 15,94 triliun.

Dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), DPK Bank Mandiri secara konsolidasi hingga kuartal II 2021 tumbuh 19,73% YoY menjadi Rp 1.169,2 triliun, dengan komposisi dana murah sebesar 68,49% atau mencapai Rp 800,8 triliun.

Pertumbuhan dana murah terutama didorong oleh pertumbuhan giro (bank only) sebesar 40,9% YoY di triwulan II 2021.

Kabar terbaru, Bank Mandiri memperkuat posisinya sebagai modern digital banking melalui konsistensi dalam melakukan transformasi layanan. Kali ini, Bank Mandiri mengenalkan mesin Electronic Data Capture (EDC) Android yang akan meningkatkan kemudahan dan kenyamanan transaksi nasabah.

Inovasi EDC Android ini dapat terintegrasi dengan berbagai layanan lain seperti system POS (point of sales), aplikasi merchant, dan juga platform promosi dan loyalty. Selain itu, EDC Android juga dapat menerima lebih banyak alternatif pembayaran menggunakan QR Payment, nirsentuh dan wearables.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular