
Biden 'Balas Dendam' ke Xi Jinping, 3 Saham Ini Jadi Korban!

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham maskapai di China yang terdaftar di bursa Shanghai dan Hang Seng terpantau ambruk hingga 1% lebih pada perdagangan Kamis (19/8/2021) pagi hari, setelah Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden melakukan aksi 'balas dendam' ke China di bawah pemerintahan Presiden Xi Jinping.
Data perdagangan menunjukkan, saham-saham maskapai tersebut yakni Air China, China Eastern Airlines, dan China Southern Airlines.
Pada sekitar pukul 11:30 WIB, berdasarkan data dari Investing.com, di bursa Shanghai China, saham Air China terpantau ambles hingga 1,41% di level 6,98 yuan/saham, sedangkan saham China Eastern Airlines ambruk hingga 1,49% di 4,64 yuan/saham, dan saham China Southern Airlines ambrol hingga 1,59% di 5,58 yuan/saham.
Sedangkan di bursa Hang Seng Hong Kong, saham Air China anjlok hingga 2,17% di HKD 4,97/saham dan saham China Eastern Airlines ambles 2,84% di HKD 2,84/saham.
Ambruknya ketiga saham maskapai China di bursa saham China dan Hong Kong terjadi setelah setelah Pemerintahan Presiden AS Joe Biden melakukan aksi 'balas dendam' ke China, di mana Departemen transportasi Negeri Paman Sam (AS) akan membatasi penerbangan dari maskapai Tirai Bambu hingga 40% selama sebulan ke depan.
Hal ini merupakan langkah balasan AS atas perlakuan serupa Negeri Xi Jinping yang membatasi empat penerbangan maskapai AS, United Airlines.
China menjatuhkan sanksi ke maskapai itu pada 6 Agustus lalu, setelah menyebut enam penumpang dari San Franscisco ke Shanghai terkonfirmasi positif virus corona (Covid-19) pada 21 Juli lalu.
AS menyebut China telah melanggar perjanjian layanan udara negara. Perjanjian itu merujuk ke kesepakatan lama kedua negara, di mana AS dan China bisa mengoperasikan lebih dari 100 penerbangan mingguan.
China disebut "menempatkan kesalahan yang tidak semestinya pada operator sehubungan dengan pendatang yang melakukan tes Covid setelah kedatangan di China".
"Operator penerbangan tidak memiliki sarana untuk memverifikasi secara independen hasil tes positif yang dituduhkan oleh otoritas China. Selain itu tidak ad acara untuk menentukan di mana atau kapan seorang pelancong terkontak (dengan Covid-19)," kata departemen, dikutip dari Reuters, Kamis (19/8/2021).
Sebelumnya China "menghukum" United Airlines dengan tiga pilihan. Membatalkan dua penerbangan San Fransisco ke Shanghai, mengoperasikan dua penerbangan tanpa penumpang atau mengoperasikan empat penerbangan dengan kapasitas penumpang hingga 40%.
Sanksi mulai berlaku 11 Agustus lalu. Batasan datang saat musim penerbangan penuh akibat banyaknya siswa China kembali ke AS untuk memulai kelas musim gugur.
Sejak pandemi melanda, AS dan China memang kerap berdebat soal layanan udara. Juni 2020, Washington mengancam melarang penerbangan China setelah Beijing tidak segera memulihkan penerbangan maskapai AS.
Maskapai penerbangan AS secara sukarela menghentikan penerbangan ke China setelah wabah Covid-19. Presiden AS sebelumnya, Donald Trump saat itu melarang hampir semua warga negara non-AS bepergian ke Paman Sam bila berada di China dalam 14 hari terakhir, pada 31 Januari 2020.
Pembatasan tetap berlaku di masa Biden. Namun April lalu, ia mulai melonggarkannya seiring dengan mulai dibukanya sekolah-sekolah di AS pada 1 Agustus lalu.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sah, Garuda Indonesia (GIAA) Disuntik Jokowi Rp 7,5 T
