Data Ekspor Impor Cukup Bagus, Rupiah Bisa Balik Menguat?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 August 2021 12:57
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah masih tertahan di zona merah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada pertengahan perdagangan Rabu (18/8/2021). Meski demikian, di sisa perdagangan hari ini rupiah memiliki peluang berbalik menguat.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.370/US$, tetapi beberapa menit kemudian sudah melemah 0,17% di Rp 14.395/US$.
Rupiah kemudian berhasil memangkas pelemahan dan berada di Rp 14.380/US$ hingga pukul 12:00 WIB.

Peluang penguatan rupiah terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih kuat siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.

PeriodeKurs Pukul 8:54 WIB 

Kurs Pukul 11:54 WIB

1 PekanRp14.400,50Rp14.375,4
1 BulanRp14.419,40Rp14.414,0
2 BulanRp14.483,00Rp14.463,0
3 BulanRp14.539,00Rp14.519,0
6 BulanRp14.696,00Rp14.676,0
9 BulanRp14.846,00Rp14.826,0
1 TahunRp15.020,00Rp14.991,9
2 TahunRp15.660,00Rp15.671,4

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Dari dalam negeri Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor Indonesia bulan lalu adalah US$ 17,7 miliar. Naik 29,32% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan Juni 2021 yang mencapai 54,46% yoy.

Meski melambat, realisasi ini tidak jauh dari ekspektasi pasar. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan median proyeksi pertumbuhan ekspor di 29,9% yoy. Sedangkan konsensus versi Reuters ada di 30,2% yoy.

Sementara nilai impor dilaporkan sebesar US$ 15,11 miliar. Tumbuh 44,44% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Meski tumbuh tinggi, tetapi nilai impor lebih rendah dibandingkan ekspor yang sebesar US$ 17,7 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus US$ 2,59 miliar.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan impor tumbuh 52,9% yoy dan neraca perdagangan surplus US$ 2,24 miliar. Sedangkan konsensus versi Reuters menghasilkan proyeksi pertumbuhan impor 52,15% yoy dan surplus neraca perdagangan sebesar US$ 2,27 miliar.

Pertumbuhan impor yang lebih rendah dari konsensus tersebut menunjukkan dampak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sejak awal Juli. Kabar baiknya, pemerintah memang kembali melonggarkan PPKM level 4 yang diperpanjang hingga 23 Agustus mendatang.

Berapa pelonggaran di beberapa wilayah termasuk DKI Jakarta yakni pusat perbelanjaan/mal diizinkan buka mulai pukul 10.00 WIB hingga 20.00 WIB, dengan kapasitas pengunjung 50% dan dengan protokol kesehatan yang ketat. Kapasitas pengunjung tersebut ditambah dari sebelumnya sebanyak 25% saja.

Selain itu, tempat Ibadah juga diizinkan buka di beberapa wilayah, dengan kapasitas 50%. Selain itu, perusahaan-perusahaan orientasi ekspor dan orientasi domestik yang ditentukan oleh Kementerian Perindustrian bisa beroperasi 100% work from office (WFO) dari sebelumnya 50%. Artinya, impor yang didominasi bahan baku/penolong berpotensi meningkat di bulan Agustus. Peningkatan impor artinya, roda perekonomian berputar lebih cepat. 

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masih Tertekan, Rupiah Bisa Sentuh Rp 14.800/USD di Q2-2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular