
China Melambat, Dolar Australia Keok Lawan Rupiah

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian China yang menunjukkan tanda-tanda melambat lagi, alhasil nilai tukar dolar Australia melemah melawan rupiah pada perdagangan Senin (16/8/2021). China merupakan mitra dagang utama Australia, pelambatan yang terjadi di Negeri Panda akan turut memberikan dampak yang signifikan ke Negeri Kanguru.
Pada pukul 11:35 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.550,61, melemah 0,47% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
China merilis serangkaian data pagi ini. Penjualan ritel China tumbuh 8,5% di bulan Juli dari periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY), lebih rendah dari bulan sebelumnya 12,1% YoY, dan lebih rendah dari prediksi di Forex Factory sebesar 10,9%.
Kemudian pada periode yang sama, produksi Industri juga tumbuh 6,4% YoY, turun nyaris setengah dari bulan sebelumnya 12,1% YoY, juga jauh di bawah prediksi 10,9% YoY.
Selain itu, tingkat pengangguran juga nak menjadi 5,1% dari sebelumnya 5,0%.
Juli merupakan awal kuartal III-2021, sehingga ada risiko perekonomian terbesar kedua di dunia akan akan mengalami pelambatan lebih lanjut.
PDB di kuartal II-2021 tumbuh 7,9%, sedikit lebih rendah dari prediksi para ekonomi yang disurvei Reuters sebesar 8,1%.
Biro Statistik China mengatakan pertumbuhan ekonomi China masih kuat dan berkelanjutan, tetapi masih ada risiko dari penyebaran virus corona secara global serta pemulihan ekonomi yang "belum berimbang" di dalam negeri.
Di luar dari faktor China, perekonomian Australia memang sedang terpukul akibat lockdown di beberapa negara bagian guna meredam penyebaran virus corona.
Pelambatan perekonomian di kuartal III-2021 juga diakui gubernur bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) Philip Lowe.
"Penyebaran terbaru virus corona mengganggu pemulihan ekonomi, dan produk domestik bruto (PDB) akan turun di kuartal III," kata Lowe sebagaimana dilansir Business Times awal bulan ini.
Meski demikian, Lowe optimis bisa segera bangkit ketika penyebaran virus berhasil diredam.
"Berdasarkan pengalaman kita saat ini, ketika penyebaran virus corona berhasil diredam, maka perekonomian akan segera bangkit," tambahnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022
