Ini Sederet Strategi Hilirisasi dan Diversifikasi BUMI
Jakarta, CNBC Indonesia - Produsen batu bara terbesar di Indonesia, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) akan fokus melakukan diversifikasi usaha dalam jangka menengah, melalui hilirsasi batu bara dan produksi emas melalui anak usahanya. Direktur dan Sekretaris Perusahaan Dileep Srivastava mengatakan saat ini perusahaan tengah bergabung dalam proyek gasifikasi batu bara menjadi metanol di area Kaltim Prima Coal.
Proyek ini diperkirakan bisa selesai dan beroperasi pada akhir 2024, dimana KPC berperan sebagai pemasok batu bara. Anak usaha lainnya, yakni Arutmin juga akan melakukan hilirisasi dengan gasifikasi batu bara dan tengah proses studi kelayakan.
"Kami sedang meninjau semua untuk proyek terkait metanol dan hilir lainnya secara terpisah. Kami melihat berbagai ruang di energi hijau, kami juga melihat kemungkinan pembangkit tenaga surya dari KPC dan Pendopo yang menawarkan tenaga hibrida dari KPC," jelas Dileep kepada CNBC Indonesia, belum lama ini.
Dengan menjajaki berbagai potensi di energi hijau, menurutnya sejalan dengan prioritas nasional untuk lebih banyak menggunakan energi bersih. Dileep mengatakan insentif pemerintah pun menjadi salah satu dukungan yang efektif untuk menarik minat perusahaan beralih ke energi hijau.
"Kami juga mendiversifikasi pendapatan, dan meningkatkan nilai dalam waktu dekat dari anak usaha kami PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) yang mencakup logam seperti emas dan tembaga. Ini sudah berjalan, dan mereka baru saja rights issue untuk membuka peluang di Gorontalo," kata dia.
Hilirisasi menurutnya perlu menjadi strategi perusahaan seiring dengan rencana PLN untuk mempensiunkan PLTU berbasis batu bara mulai 2025 mendatang. Langkah ini menjadi upaya untuk menuju netral karbon di 2060. Dengan demikian maka penggunaan dan permintaan batu bara akan menurun drastis.
Sebelumnya, Dileep mengatakan fokus lain di luar batu bara seperti emas dan zinc. Ini untuk menyambut potensi Indonesia sebagai salah satu produsen mobil listrik dan baterainya. Saat ini hampir semua perusahaan yang bergerak di pertambangan melirik segmen metal terutama bahan baku baterai mobil listrik, seiring besarnya potensi Indonesia. Dia menegaskan perusahaan berupaya meningkatkan kontribusinya terutama untuk hilirisasi dan menciptakan nilai tambah.
"Semua orang sekarang melirik metal, dan kami juga akan mulai mengerjakan zinc dalam dua tahun ke depan. Batu bara dan metal adalah masa depan," tegas Dileep.
(rah/rah)